kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja emiten semen melambat, begini rekomendasi dan prediksi analis


Kamis, 16 Mei 2019 / 17:32 WIB
Kinerja emiten semen melambat, begini rekomendasi dan prediksi analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Per kuartal I-2019, sebagian emiten semen mencatatkan penurunan laba bersih. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan penurunan laba bersih sebesar 34,9% secara tahunan, dari Rp 411,55 miliar menjadi Rp 268,1 miliar. Begitu juga dengan laba bersih PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang menurun 67,4% secara yoy menjadi Rp 4 miliar.

Di sisi lain, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) menekan rugi sebesar 65% secara year on year (yoy). Dengan begitu, rugi SMCB berkurang dari Rp 332,37 miliar pada triwulan I-2018 menjadi rugi Rp 123,02 miliar pada kuartal I-2019. 

Hanya PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 50,2% menjadi Rp 397 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, laba bersih INTP adalah Rp 264 miliar.

Penurunan laba bersih ini diikuti dengan penurunan harga saham emiten-emiten tersebut. Per perdagangan Selasa (14/5), secara year to date harga saham SMGR turun 7,17% menjadi Rp 10.675 dan SMCB turun 22,28% ke level Rp 1.465. Sementara itu, SMBR terkoreksi lebih dalam yakni sebesar 79,43% ytd menjadi Rp 720. Hanya harga saham INTP yang beranjak naik 6,10% secara ytd ke level 19.575.

Meskipun mayoritas emiten menorehkan penurunan laba bersih dan harga saham, keempat emiten ini mencatatkan kenaikan pendapatan pada periode tersebut. 
INTP misalnya, per kuartal I-2019 membukukan kenaikan pendapatan sebesar 8,5% menjadi Rp 3,73 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan perusahaan ini adalah sebesar RP 3,44 triliun. Pendapatan SMGR juga naik 22,8% secara tahunan menjadi Rp 8,12 triliun

Tak mau kalah, SMCB juga turut mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 2,8% year on year menjadi Rp 2,34 triliun. Sementara itu, pendapatan SMBR naik 7,2% secara tahunan menjadi Rp 423 miliar.

Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin mengatakan, penurunan harga saham ini dipicu oleh kinerja keuangan di kuartal I-2019 yang lebih lemah dari perkiraan. Selain itu, adanya sentimen negatif berupa ketidakpastian kondisi ekonomi global akibat ketegangan perdagangan Amerika Serikat-China, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2019 yang lebih lambat dari perkiraan, serta adanya prospek volume penjualan semen yang tetap melemah pada kuartal II-2019.

Sepanjang April 2019, konsumsi domestik semen hanya mencapai 4,8 juta ton atau menurun 10,2% secara tahunan. “Mengingat banyaknya hari libur karena pemilihan umum dan investor yang juga masih wait and see,” kata dia dalam riset yang dipublikasikan pada Selasa (14/5). 

Volume penjualan semen beberapa emiten juga menunjukkan pelemahan. Dari Januari 2019-April 2019, volume penjualan INTP hanya mencapai 5,4 juta ton atau menurun 2,9% secara year on year. Begitu juga SMGR yang hanya berhasil membukukan penjualan 7,8 juta ton atau turun 6,3% yoy.

Melihat ke depan, Mimi memprediksi rebound harga saham emiten-emiten ini baru akan terjadi pada semester II-2019. Hal tersebut didorong oleh adanya kemungkinan penurunan suku bunga acuan dan prospek properti yang membaik. Menurut dia, dari 2014-2018, semester II menyumbang 51,7%-56,8% konsumsi semen dalam setahun penuh.

Untuk saat ini, ia merekomendasikan netral untuk sektor semen. Alasannya, sektor ini masih menghadapi tantangan serius karena adanya perlambatan permintaan dan kelebihan pasokan. 

Namun, ia optimistis sektor ini akan membaik, terutama jika ditopang dengan harga jual rata-rata yang lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, menurut dia, harus lebih banyak industri yang berkonsolidasi. 

Kemudian, pemerintah juga harus melakukan intervensi untuk mendukung properti dan semen. Sementara itu, kinerja yang memburuk dapat timbul apabila pertumbuhan permintaan semen terus melambat, biaya produksi makin tinggi, dan adanya kelebihan pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×