Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 menjadi periode yang berat bagi emiten ritel. Ini tercermin dari empat emiten ritel konstituen indeks Kompas100 yang membukukan kinerja kurang memuaskan sepanjang Januari hingga September 2020.
Keempat emiten tersebut adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Menurut catatan Kontan.co.id, hingga kuartal III 2020 keempat emiten ritel itu kompak mencatatkan penurunan dari sisi top line. Penurunan pendapatan paling dalam dirasakan oleh LPPF hingga 57,49% year on year (yoy) menjadi Rp 3,33 triliun. Setelahnya disusul oleh RALS hingga 57,03% yoy menjadi Rp 1,9 triliun.
Untuk ACES dan ERAA juga mengalami penurunan pendapatan, hanya saja tidak menyentuh dua digit. ACES terkikis 8,27% yoy menjadi Rp 5,48 triliun. Setelahnya disusul ERAA yang menurun 1,87% yoy menjadi Rp 23,17 triliun.
Baca Juga: Kinerja Ace Hardware Indonesia (ACES) tertekan, analis sarankan trading buy
Sementara dari sisi bottom line, hanya ERAA yang mampu mencatatkan pertumbuhan hingga kuartal III 2020 ini. Tercatat, laba ERAA meningkat signifikan 78,21% yoy menjadi Rp 295,12 miliar dari sebelumnya Rp 165,60 miliar.
Di sisi lain, ACES mengalami penurunan bottom line hingga 26,60% yoy menjadi Rp 529,71 miliar. Kondisi bottom line ACES itu jauh lebih baik dibanding LPPF dan RALS yang merosot hingga merugi. Tercatat, LPPF megalami kerugian hingga Rp 616,61 miliar atau turun 151,97% yoy. RALS menanggung rugi hingga Rp 95,22 miliar atau turun 115,55% yoy.
Analis Ciptada Sekuritas Robert Sebastian mengamati, kinerja ERAA masih lebih baik dibandingkan emiten ritel yang lain karena masih adanya permintaan selama pandemi Covid-19. ERAA menjual produk yang dibutuhkan untuk work from home dan study from home. "Secara volume penjualan turun ketimbang tahun lalu tapi harga jual rata rata atau average selling price naik," ungkap Robert kepada Kontan.co.id, Selasa (17/11).
Baca Juga: Minimarket kebal krisis, pendapatan Alfamart (AMRT) dan Alfamidi (MIDI) tetap naik
Sementara itu, LPPF mengalami tekanan yang dalam karena selama pandemi Covid-19 masyarakat lebih mengutamakan kebutuhan pokok dibandingkan membeli pakaian. Di sisi lain LPPF tidak mendapatkan momentum Lebaran. Padahal, penjualan ketika lebaran bisa berkontribusi hingga 40% dari total pendapatan.
Senada, Chris melihat penjualan LPPF memang menurun drastis. Di sisi lain, jumlah gerai dan jumlah karyawan yang cukup banyak membuat beban usahanya masih tetap tinggi. Hal ini menjadikan LPPF memiliki kinerja yang terburuk dibandingkan emiten ritel lainnya.
Baca Juga: Kinerja lesu, ini rekomendasi saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS)