Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten perunggasan alias poultry hingga kuartal III 2018 terlihat kuat, baik pendapatan dan laba perusahaan positif.
Industri poultry menyatakan hal tersebut dikarenakan kenaikan volume penjualan produk ayam walau terjadi kenaikan harga pakan di tengah minimnya produksi jagung.
"Bagusnya performance kuartal III industri poultry disebabkan karena harga DOC dan ayam yang baik, sedangkan penjualan pakan ‘slightly increase’," kata Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Industri Pakan dan Veteriner Kadin Indonesia Sudirman kepada Kontan.co.id, Kamis (1/11).
Kenaikan harga ayam dan Day Old Chicken (DOC) yang ia maksud berhubungan dengan periode naiknya harga komoditas tersebut pasca lebaran dimana harga ayam pedaging sempat di Rp 45.000 per kilogram dan harga telur sempat menyentuh Rp 30.000 per kg.
Kenaikan harga komoditas unggas ini disebabkan oleh sejumlah hal, salah satunya karena jelang lebaran, peternakan ayam tidak berproduksi dan menyebabkan kekurangan stok paska lebaran.
Memang, bila melihat laporan keuangan sejumlah emiten poultry, nilai penjualan produk ayam mengalami kenaikan. Misalnya, PT Sierad Produce Tbk (SIPD) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang melaporkan kenaikan pendapatan berkat melesatnya penjualan produk perunggasan.
SIPD hingga September 2018 membukukan peningkatan pendapatan sebesar 22,53% yoy jadi Rp 2,26 triliun dan ditopang oleh penjualan produk perunggasan yang senilai Rp 1,98 triliun atau naik 21,93% yoy dari Rp 1,62 triliun.
Setelah itu, ada penjualan produk makanan siap saji juga mengalami kenaikan 27,78% menjadi Rp 276,28 miliar dari posisi yoy Rp 216,185 miliar.
JPFA melaporkan kenaikan besar pada pendapatan sebesar 16,79% jadi Rp 25,34 triliun dari periode sama tahun lalu di Rp 21,69 triliun. Pendapatan tersebut ditopang berkat penjualan produk peternakan dan produk konsumen yang naik 15,7% yoy menjadi Rp 10,31 triliun dari Rp 8,91 triliun. Kemudian penjualan pakan ternak naik 11,73% yoy jadi Rp 9,11 triliun dari Rp 8,15 triliun.
Menurut Sudirman, kenaikan penjualan ini tak semata karena harga ayam yang mahal, namun volume penjualannya juga meningkat.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko mengonfirmasi pernyataan tersebut, menurutnya momen penjualan ayam pada kuartal III 2018 bagus.
"Memang kuartal III momennya bagus dan penjualan bagus. Harga, serapan ayam dan momen lebaran dan libur sekolah dan harga ayam telur tinggi, meningkatkan harga dan pakan juga mahal jadi DOC juga tinggi," katanya.
Nah bila kedua emiten tadi didorong oleh penjualan produk unggas, maka dua emiten poultry lainnya lebih ditopang oleh penjualan pakan ternak.