Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum hari raya Lebaran mampu membuat kinerja keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) kembali positif hingga semester pertama tahun ini. Kenaikan harga ayam broiler dan day old chicken (DOC) juga membuat laba bersih tumbuh signifikan.
Berdasarkan laporan keuangan hingga semester I 2018, pendapatan JPFA tercatat sebesar Rp 16 triliun atau naik 18% dari periode sama tahun lalu. Sementara, laba bersih tumbuh lebih tinggi yakni 146% menjadi Rp 1,1 triliun. Segmen bisnis peternakan dan produk konsumen menyumbang porsi 42% pada total pendapatan.
Mimi Halimin, analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan, pada semester I 2018, mayoritas emiten poultry mencatatkan peningkatan margin. Untuk JPFA, laba bersih melesat karena mereka membeli bahan baku jagung lokal ketika masa panen di Maret hingga April, sehingga bahan baku bisa lebih murah dan keuntungan bisa makin besar.
"Segmen produk peternakan dan konsumen margin bisa tumbuh 10% yoy karena didorong permintaan ketika Lebaran yang juga jadi menaikkan average selling product (ASP)," tulis Mimi dalam riset 8 Agustus 2018. Sementara, margin pada segmen DOC juga meningkat 18,5% karena berkurangnya pasokan ayam di pasar.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Fahressi Fahalmesta mengatakan, pendapatan JPFA bisa tetap tumbuh di kuartal II tahun ini karena harga ayam broiler dan DOC meningkat dua digit. Kenaikan harga ayam mulai terasa di tahun ini, setelah pemerintah terus melakukan afkir dini untuk mengurangi suplai ayam sejak dua tahun lalu. Akibatnya kondisi harga ayam saat ini berbanding terbalik dari kondisi harga ayam di dua tahun lalu yang selalu tertekan akibat oversupply.
Kenaikan harga ayam jadi berdampak pada naiknya harga penjualan rata-rata atau average selling product (ASP) JPFA. Sejak awal tahun analis Bahana Sekuritas Gregorius Gary mencatat dalam riset 16 Agustus 2018, ASP untuk ayam DOC dan broiler di wilayah Jawa naik 21%.
Senada, Fahressi mengatakan, jika biaya operasi relatif sama sementara ASP naik maka level gross margin pun meningkat. Ia memproyeksikan, kinerja keuangan JPFA akan tetap solid hingga akhir tahun.
Menurutnya, kebijakan pemerintah melakukan afkir dini pada parent stock yang dituding melakukan praktik kartel bisa menjadi katalis positif pendorong kinerja JPFA bahkan hingga 2019.
Hanya saja, kenaikan harga jagung dan kedelai bisa menjadi tantangan perseoran dalam menciptakan pertumbuhan laba yang signifikan. Terlebih, pelemahan rupiah juga turut menjadi tantangan perseroan dalam mengelola keuangan atas bahan baku kedelai yang impor.
Harga ayam broiler dan DOC di semester II, Fahressi memproyeksikan, akan kembali normal atau menurun sejak naik cukup tinggi saat Lebaran yang mencapai Rp 22.000 hingga Rp 23.000. "Pendapatan dari semester pertama ke semester kedua bisa tetap tumbuh, tetapi margin lebih kecil," kata Fahressi, Kamis (13/9).
Fahressi memperkirakan, JPFA bisa mencatatkan pendapatan Rp 33 triliun di akhir tahun. Sementara, untuk laba bersih bisa mencapai Rp 2,2 triliun. "Proyeksi ini masih ada kemungkinan saya upgrade lagi," kata Fahressi. Ia merekomendasikan buy saham JPFA di target harga Rp 2.800 per saham.
Mimi juga memproyeksikan ASP DOC dan broiler akan lebih tinggi ke depannya, oleh karena itu, Mimi menaikkan perkiraan laba bersih JPFA di akhir tahun bisa naik 25,4%.
Mimi mempertahankan rekomendasi beli untuk JPFA dengan target harga yang lebih tinggi yakni Rp 2.520 per saham. Senada, Gregorius juga merekomendasikan buy saham JPFA dengan target harga Rp 2.675 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News