Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten konstruksi hingga kuartal III 2023 beragam.
Ambil contoh, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 239,72 miliar hingga akhir kuartal III 2023.Laba tersebut naik 69,9% dari laba bersih di Desember 2022 sebesar Rp 141,02 miliar.
Pendapatan PTPP hingga akhir kuartal III 2023 sebesar Rp 12,22 triliun, turun 9,17% dari bulan Desember 2022 senilai Rp 13,46 triliun.
Sementara, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatat kenaikan rugi Rp 2,83 triliun hingga kuartal III 2023. Padahal, pada bulan Desember 2022, WSKT masih mencatat laba Rp 425,2 juta.
Melansir laporan keuangan di laman BEI, pendapatan usaha WSKT juga menurun hingga kuartal III 2023. WSKT catat pendapatan usaha sebesar Rp 7,8 triliun, turun 24,1% dari Desember 2022 senilai Rp 10,3 triliun.
Dari perusahaan swasta, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2 triliun hingga akhir kuartal III 2023. Raihan tersebut naik 12,9% dari periode sama tahun lalu yakni Rp 1,76 triliun.
NRCA membukukan laba bersih sebesar Rp 82,2 miliar hingga akhir September 2023, naik 23,6% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 66,49 miliar.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Catat Rugi Rp 2,83 Triliun hingga Kuartal III 2023
Sedangkan, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) membukukan pendapatan sebesar Rp 1,58 triliun pada periode Januari-September 2023. Pendapatan perusahaan kontraktor ini naik 99,1% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 793,7 miliar.
Meskipun masih mencatat rugi, tetapi ACST mampu memperbaiki jumlah kerugiannya hingga kuartal III 2023 setelah pendapatan melesat. ACST mencatat rugi bersih Rp 151,2 miliar hingga kuartal III 2023, turun 33,3% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 226,9 miliar.
Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana menilai, katalis utama dari kinerja emiten konstruksi hingga kuartal III 2023 adalah adanya pembangunan IKN.
Namun, secara keseluruhan, emiten-emiten konstruksi masih terbebani dengan suku bunga yang tinggi.
“Bank Indonesia (BI) bahkan menaikan kembali suku bunga ke level 6% pada dua minggu lalu,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (1/11).
Raditya melihat, NRCA masih unggul untuk emiten konstruksi swasta. Sementara, PTPP unggul untuk emiten konstruksi BUMN.
Jika berbicara keseluruhan, seharusnya peluang mendapatkan proyek lebih besar untuk emiten-emiten konstruksi BUMN, apalagi perihal pembangunan IKN.
“Namun, hal itu kembali lagi ke sehat tidaknya fundamental emiten tersebut yang akan menentukan top line dan bottom line yang dihasilkan,” ungkapnya.
Baca Juga: Meski Pendapatan Turun, PTPP Berhasil Kerek Laba Sebesar 69,9% hingga Kuartal III
Menurut Raditya, kinerja emiten konstruksi di kuartal IV 2023 tidak akan jauh berbeda dari kuartal-kuartal sebelumnya. Kinerja mereka akan kembali menarik ketika suku bunga sudah mulai landai lagi.
Memang, kinerja BUMN Karya akan lebih menarik untuk diperhatikan, karena mendapat peluang besar dari proyek IKN. Namun, tidak menutup kemungkinan emiten konstruksi swasta akan lebih unggul.
“Sebab, BUMN Karya masih dihadapkan dengan rasio utang yang cukup besar untuk dibereskan,” tuturnya.
Raditya pun merekomendasikan buy on weakness saham ACST, PTPP, dan NRCA dengan target harga masing-masing Rp 262, Rp 700, dan Rp 450 per saham.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kinerja yang mixed itu karena kinerja emiten konstruksi juga beragam.
“Terutama, dari kemampuan mereka meraih nilai kontrak baru,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (1/11).
Nafan pun merekomendasikan hold untuk saham ACST dan NRCA dengan target harga masing-masing Rp 185 dan Rp 346 per saham. “Untuk ACST dan NRCA, hati-hati karena masih bearish consolidation,” ujarnya.
Sementara, PTPP direkomendasikan accumulate dengan target harga Rp 660 per saham. “PTPP saat ini sudah extremely oversold,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News