kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja emiten batubara kembali menanjak


Sabtu, 03 Mei 2014 / 06:25 WIB
Kinerja emiten batubara kembali menanjak
ILUSTRASI. Maket kondominium Fifty Seven Promenade dipajang di marketing gallerynya di Jakarta, Selasa (27/3). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/27/03/2018


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Setelah satu setengah tahun tertekan hebat, kinerja keuangan emiten batubara kembali positif. Hal ini setidaknya tercermin dari empat emiten batubara yang sudah merilis kinerja kuartal I-2014.

Misal, emiten batubara yang dikendalikan keluarga Thohir, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) meraih pertumbuhan  kinerja keuangan paling ciamik. Di kuartal I 2014, ADRO membukukan kenaikan pendapatan 14,06% menjadi US$ 8844,7 juta.

Pertumbuhan laba bersih ADRO, bahkan, jauh lebih tinggi, yaitu 347,58% menjadi US$ 128,13 juta. Kenaikan kinerja diperoleh di saat harga jual batubara rata-rata ADRO turun 7% di kuartal I 2014.

Penurunan harga diatasi ADRO dengan mendongkrak volume penjualan batubara dan berbagai strategi efisiensi produksi. Di kuartal I 2014, volume penjualan ADRO naik 23% menjadi 13,9 juta ton.

Kenaikan volume ini sejalan dengan turunnya biaya kas batubara 24% menjadi US$ 29,82 per ton. Ini didorong oleh penurunan nisbah kupas sebesar 11% menjadi 4,88 kali dan biaya angkut maupun biaya penanganan yang lebih efisien.

"Model bisnis yang terintegrasi, Adaro lebih stabil dalam kondisi yang naik-turun seperti sekarang," kata Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO, belum lama ini.

Kian efisien

PT Harum Energy Tbk (HRUM) menjadi emiten batubara kedua dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi. Pendapatan emiten milik taipan Kiki Barky ini hanya US$ 128,06 juta di kuartal I 2014, turun 42,75%.

Namun, beban pokok penjualan menurun menjadi US$ 99,53 juta dari US$ 184,66 juta. HRUM juga terbantu oleh laba bersih dari entitas asosiasi yang US$ 632.339 dari sebelumnya minus US$ 2,38 juta. Imbasnya, laba bersih HRUM di kuartal I 2014 melonjak 54,77% menjadi US$ 10,8 juta.

Kenaikan laba bersih juga diperoleh anak usaha Grup Astra yang memiliki lini usaha pertambangan batubara, PT United Tractors Tbk (UNTR). Di tiga bulan pertama 2014, UNTR membukukan laba bersih Rp 1,58 triliun, tumbuh 39,7%.

Ini didorong oleh kenaikan pendapatan UNTR yang mencapai 11,66% menjadi Rp 13,9 triliun di kuartal I 2014. Bisnis kontraktor pertambangan yang dijalankan PT Pamapersada Nusantara (Pama) menjadi penopang utama dengan menyokong 58% total pendapatan UNTR.

Tak hanya itu, profitabilitas Pama juga kian meningkat. Margin kotor PAMA mencapai 24% di kuartal I-2014, lebih tinggi dari kuartal I-2013, 16,7%. Bisnis penjualan alat berat menjadi kontributor terbesar kedua, yakni 32% dari pendapatan UNTR.

Sementara, bisnis pertambangan batubara menyumbang 10% dari total pendapatan UNTR. Performa di kuartal I 2014 menjadi titik balik UNTR yang dalam satu setengah tahun terakhir tertekan hebat.

Emiten batubara plat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turut meraih kenaikan laba bersih 8,74% menjadi Rp 536,3 miliar. Kenaikan laba tidak terlepas dari pertumbuhan pendapatan 11,39% jadi Rp 3,09 triliun.

Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA bilang, kenaikan laba didukung oleh beberapa faktor, seperti pertumbuhan produksi. Per akhir Maret 2014, volume produksi batubara PTBA  naik 3,9% jadi 3,76 juta ton.

Selain dari kenaikan volume, PTBA juga berhasil menaikkan harga jual. Harga jual rata-rata tertimbang BUMN batubara ini di kuartal I-2014 Rp 733.396 per ton. Tahun lalu harga batubara di Rp 613.810 per ton. "Kinerja keuangan juga didukung efisiensi melalui optimalisasi penambangan," ujar Joko.

Ariyanto Kurniawan, analis Mandiri Sekuritas dalam risetnya, 23 April 2014, merekomendasikan neutral untuk sektor batubara. Ariyanto menilai, harga jual batubara masih akan rendah lantaran kelebihan pasokan. Di Indonesia, mayoritas emiten batubara malah tetap berniat memacu volume produksi kendati harga jual belum membaik. Hanya HRUM yang akan untuk membatasi volume produksi di tahun ini.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×