kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kinerja emiten bank sesuai ekspektasi, saham bank diprediksi akan terus meroket


Selasa, 29 Januari 2019 / 16:36 WIB
Kinerja emiten bank sesuai ekspektasi, saham bank diprediksi akan terus meroket


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten terpantau sudah membeberkan kinerja sepanjang tahun 2018. Tercatat emiten perbankan yang sudah melaporkan kinerja tahunan adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).

BMRI mencatat pertumbuhan laba bersih secara konsolidasi sebesar 21,2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 25 triliun dari Rp 20,6 triliun. Adapun penyaluran kredit sepanjang 2018 sebesar Rp 820,1 triliun atau naik 12,4% yoy. Sementara rasio non performing loan (NPL) gross Bank Mandiri pada 2018 turun ke level 2,75% dari tahun 2017 sebesar 3,46%.

BBNI mencatat laba bersih senilai Rp 15,02 triliun sepanjang tahun lalu. Angka tersebut tumbuh 10,3% yoy dari capaian 2017 yang sebesar Rp 13,62 triliun. Penyaluran kredit BBNI senilai Rp 512,78 triliun sepanjang 2018. Jumlah tersebut meningkat 16,2% yoy dari realisasi tahun 2017 yang sebesar Rp 441,31 triliun. NPL BBNI pada periode bulan Desember lalu berada di bawah 2%.

Lebih lanjut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2018 sudah sesuai target yakni 11,75% yoy. Rasio NPL perbankan secara industri pun berhasil terpatri di level 2,37%.

Menanggapi kondisi tersebut, Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, data kinerja fundamental perbankan tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pasar dan bahkan bisa melebihi.

“Penyaluran kredit bank sepanjang tahun 2018 tumbuh dua digit. Artinya ini memberikan dampak positif ke perbankan karena berhasil melewati masa-masa penuh terpaan eksternal di sepanjang tahun 2018. Kebijakan suku bunga pun agresif di tahun itu,” ujar Praska saat ditemui di gedung BEI, Selasa (29/1).

Menurut Praska, ini menjadi indikasi saham perbankan yang melaju di awal tahun ini. Kenaikan suku bunga juga masih tipis dampaknya. Bercermin dari data BEI, sektor keuangan tercatat masih tumbuh 4,24% ytd, tipis di bawah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 4,27% ytd pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (28/1).

Tahun ini menurutnya pemerintah akan fokus kepada pertumbuhan, maka bisa diprediksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) hanya akan naik satu kali sebesar 25 bps. Lebih lanjut di tahun 2019 ini tantangan sektor perbankan adalah dari kualitas kredit NPL yang bisa naik seiring dari refleksi suku bunga kredit. Daya beli masyarakat juga bisa jadi perhatian.

Pertumbuhan kredit yang tinggi di tahun 2018 lalu juga menunjukan bahwa kebijakan pelonggaran yang dilakukan otoritas membuahkan hasil. “Untuk target harga full year kami optimistis bisa lebih baik dari 2018. Untuk BBNI, ditengah kinerja masih tumbuh harusnya bisa mencapai level Rp 9.500 untuk target full year 2019. BMRI bisa mencapai dikisaran Rp 8.500 target full year. Untuk jangka panjang masih bisa buy keduanya,” ujar Praska.

Franky Rivan, Analis Senior Kresna Sekuritas dalam riset menyebutkan, laba BMRI sebesar Rp 25 triliun sudah sesuai dengan ekspektasi. Namun ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan yakni dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh 5,8% yoy.

Pertumbuhan kredit yang masih didorong oleh sektor kredit korporasi khususnya dari proyek pelat merah. “Kami pertahankan rating hold untuk BMRI dengan target harga menjadi Rp 7.750 dari sebelumnya Rp 7.350,” tulis Rivan dalam risetnya, Selasa (29/1).

Lebih lanjut mengutip riset RHB Sekuritas, Senin (28/1), untuk BJTM menunjukan hasil yang melebihi ekspektasi, tercatat laba BJTM tembus Rp 1,2 triliun tumbuh 8,7% yoy. Kendati demikian, ada yang perlu diperhatikan karena pertumbuhan kredit masih melambat 6,7% yoy dibandingkan kuartal III 2018 sebesar 7,7% yoy. NPL pun masih tinggi di level 3,8%.

“Pertahankan netral dengan terget harga Rp 665 per saham,” tulis Alvin Baramuli, Analis RHB Sekuritas dalam risetnya.

Pada hari ini, harga saham BMRI turun 0,70% ke Rp 7.125 per saham. Harga saham BBNI turun 0,82% ke Rp 9.025 per saham. Harga saham BJTM naik 0,68% ke Rp 740 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×