kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,58   6,98   0.70%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Ciamik, Cek Rekomendasi Saham Adaro Energy Indonesia (ADRO)


Jumat, 19 Agustus 2022 / 05:05 WIB
Kinerja Ciamik, Cek Rekomendasi Saham Adaro Energy Indonesia (ADRO)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang kuartal II-2022, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berhasil mencatatkan kenaikan produksi batubara. Tercatat, ADRO berhasil memproduksi batubara sebanyak 15,9 juta ton atau naik 17% secara kuartalan dari 13,64 juta ton pada kuartal I-2022.

Alhasil, ini membuat produksi batubara ADRO mencapai 28,01 juta ton sepanjang enam bulan pertama di tahun ini. Perolehan tersebut berhasil naik 6% dari volume produksi pada periode yang sama tahun 2021 yakni 26,49 juta ton. 

Menjalani paruh kedua tahun ini, manajemen ADRO optimistis volume produksi batubara masih akan terus membaik. Alhasil, target produksi sebesar 58 juta ton - 60 juta ton untuk sepanjang 2022 masih dipertahankan.

Baca Juga: IPO Saham COAL Mulai Penawaran Awal, Ini Fakta PT Black Diamond Resources Tbk

Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menyebut realisasi produksi ADRO tersebut masih sejalan dengan proyeksi yang dipasang RHB Sekuritas. Adapun, ia memperkirakan ADRO bisa memproduksi batubara sebanyak 58 juta ton pada tahun ini.

Menurutnya, secara musiman, paruh kedua biasanya memang menjadi periode yang lebih produktif bagi emiten batubara.

Senada, analis Panin Sekuritas Felix Darmawan juga memperkirakan target produksi yang dipatok manajemen ADRO dapat tercapai. Namun, ia bilang, agar target tersebut bisa tercapai, faktor cuaca memegang kunci penting. 

Baca Juga: Indo Tambangraya Megah (ITMG) Produksi 7,7 Juta Ton Batubara di Semester I-2022

“Jika kondisi cuaca di semester II-2022 bisa lebih baik dari kondisi awal tahun, maka target produksi sebanyak 58 juta ton dapat tercapai,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Kamis (18/8).

Penjualan Juga Naik

Selain volume produksi yang naik, ADRO juga mencatatkan kenaikan permintaan untuk produk batubara termal maupun metalurgi. Hal ini tercermin dari penjualan batubara ADRO yang naik 7% menjadi 27,49 juta ton sepanjang semester I-2022.

Sementara pada semester I-2022, penjualan batubara ADRO hanya 25,78 juta ton. 

Felix meyakini, perpaduan antara naiknya volume penjualan, volume produksi, serta average selling price (ASP) bisa menjadi katalis positif untuk kinerja ADRO.

Baca Juga: Mengenal Black Diamond Resources (COAL), Calon Emiten Tambang Batubara yang akan IPO

Hal tersebut akan mampu menutupi produksi ADRO pada kuartal I-2022 yang melempem lantaran kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

“Terlebih, dengan harga batubara yang sejauh ini masih tetap tinggi, seharusnya ADRO bisa membukukan kinerja yang apik hingga akhir tahun nanti,” imbuh Felix.

Pada akhir tahun 2022, ia memproyeksikan harga batubara akan menjadi US$ 250 per ton. Jauh lebih tinggi dari realisasi harga pada 2021 yang hanya US$ 137 per ton.

 

Fauzan juga meyakini tren harga batubara yang positif akan membuat ADRO dapat mempertahankan laba bersih yang kokoh seiring dengan pertumbuhan marjin. Ia memperkirakan ASP batubara ADRO pada tahun ini bisa berada di kisaran US$ 93,40 per ton, atau naik 26% secara yoy.

Di satu sisi, ia melihat rasio pengupasan atawa stripping ratio pada kuartal II-2022 seharusnya bisa jauh lebih kecil dari kuartal sebelumnya. Hal ini dikarenakan penggalian sudah banyak dilakukan di kuartal I-2022, sehingga pada kuartal-kuartal berikutnya, ADRO bisa fokus untuk melakukan pengambilan batubara.

Baca Juga: Black Diamond Resources (COAL) Mengincar Dana IPO Hingga Rp 227,5 Miliar

“Dengan demikian, biaya operasional akan terjaga dan margin juga masih sehat. Alhasil, pertumbuhan laba bersih ADRO di tahun ini bisa mencapai 70% yoy,” jelas Fauzan. 

Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Juan Oktavianus dalam risetnya pada 29 Juni menuliskan, harga batubara diproyeksikan masih akan berada di level yang tinggi pada paruh kedua tahun ini.

Salah satu sebabnya adalah keputusan Uni Eropa dan Jepang yang melarang impor batubara Rusia mulai bulan Agustus. Padahal, batubara Rusia berkontribusi terhadap 15% batubara global pada 2021.

Menyikapi keputusan tersebut, Rusia membalas dengan memotong pasokan gas alam ke Eropa di mana membuat Jerman dan Italia masing-masing kehilangan 60% dan 50% pasokan gas alamnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×