Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona terus menjadi momok bagi para emiten sepanjang semester I-2020. Kali ini giliran kinerja PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang terkena dampaknya.
Seperti diketahui, pandemi telah membuat penyaluran kredit terganggu, terlebih BTPS merupakan perbankan yang berfokus pada pembiayaan segmen ultra mikro yang paling parah terkena imbas dari pandemi virus corona.
Alhasil, laba bersih BTPS turun tajam pada semester I -2020. Tercatat, laba bersih BTPS sebesar Rp 407 miliar atau turun 33,16% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca Juga: Pandemi bikin laba BTPN Syariah tertekan
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan penurunan pendapatan BTPS juga diakibatkan oleh penyaluran dana murabahah yang juga turun 7%. Okie menyebut hal ini cukup wajar mengingat melambatnya kredit juga dialami perusahaan jasa keuangan lainnya.
“BTPS juga tercatat mengalami kenaikan beban operasional sebesar 14% pada semester I-2020. Pada akhirnya hal ini juga ikut memberikan tekanan pada Net Interest Margin (NIM) BTPS dalam enam bulan terakhir,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Senin (10/8).
Sementara analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai penurunan kinerja BTPS juga tak terlepas dari adanya peningkatan beban operasional yang di BTPS. Di sisi lain, terhadap juga penurunan pendapatan bagi hasil.
“Adanya kenaikan beban operasional lebih dikarenakan kenaikan cukup tinggi beban biaya pencadangan. Ini kemungkinan karena penerapan aturan PSAK 72 terkait dengan pencadangan kerugian terkait kredit,” jelas Reza.
Namun, di tengah tekanan dari pandemi, BTPS sejauh ini mempu melakukan mitigasi risiko yang terbaik. Hal ini tercermin dari penyaluran pembiayaan yang masih tumbuh 2,34% (yoy) menjadi Rp 8,74 triliun pada semester I-2020. Sementara rasio pembiayaan bermasalah alias non performing loan (NPL) juga tetap terjaga di level 1,8%.
Ke depan Okie melihat prospek dari industri jasa keuangan pada paruh kedua tahun ini dapat lebih baik dibandingkan semester I-2020. Namun jika mengacu pada periode yang sama tentu masih agak berat di tahun ini.
“Kami memproyeksikan perbaikan dari kualitas kredit dan kinerja paling cepat itu kuartal IV-2020, seiring dengan stimulus dari pemerintah yang diharapkan dapat sesuai sasaran. Selain itu meningkatnya produktivitas dan aktivitas dalam industri riil dan sektor juga diharapkan dapat menurunkan NPL pada semester II ini,” tambah Okie.
Terkait masuknya BTPS ke jajaran indeks LQ45, Okie menilai membuat saham BTPS menjadi cukup likuid. Hal ini tentu menjadi hal yang baik sehingga bisa menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar. Sementara Reza tak menampik hal tersebut akan menjadi katalis positif bagi BTPS, namun, faktor utamanya tetap bagaimana BTPS menjaga pertumbuhan kinerja perusahaan.
Baca Juga: Naik kelas jadi bank BUKU III, begini rekomendasi analis untuk BTPN Syariah (BTPS)
Sementara itu, analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella dalam risetnya pada 29 April memperkirakan efek pandemi akan membuat ROE BTPS akan turun hingga ke level 17,8% pada tahun ini sebelum akhirnya akan kembali ke level 26,7% pada 2021 sering segmen ultra mikro yang mulai pulih.
“Kami juga memperhitungkan efek pandemi sehingga kami merevisi proyeksi pendapatan dan laba bersih. Meski dengan imbas negatif dari pandemi virus corona, kami melihat BTPS masih memiliki cushion yang baik melalui asetnya yang tebal dan bisa menjaga good cost selama pandemi,” tulis Erni dalam risetnya.
Erni memproyeksikan BTPS akan mengantongi pendapatan sebanyak Rp 4,22 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,02 triliun.
Erni merekomendasikan hold saham BTPS dengan target harga Rp 3.400 per saham. Sementara Okie dan Reza sama-sama merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 4.190 dan Rp 4.500 per saham.
Adapun saham BTPS pada Senin (10/8) menguat 6,91% ke Rp 3.870 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News