Reporter: DANIELISA PUTRIADITA | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja keuangan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) berpotensi menurun tahun ini karena terganggu pandemi corona. Penurunan kinerja mulai tercermin di kuartal I-2020.
Tercatat, laba bersih PGAS menurun 26,6% secara tahunan menjadi US$ 47,77 juta pada kuartal pertama 2020 lalu. Pendapatan perusahaan yang menyalurkan gas ini juga terkoreksi 0,27% secara tahunan menjadi US$ 873,8 juta.
Sukarno Alatas, analis Oso Sekuritas mengatakan kinerja keuangan PGAS berpeluang menurun di tahun ini. Salah satu faktor yang memberatkan pertumbuhan kinerja adalah aktivitas industri yang sempat berhenti saat virus corona menyebar dan pemerintah mengambil protokol pengamanan PSBB.
Baca Juga: Perombakan Direksi PGN Diharapkan Memuluskan Harga Gas Murah
Di kuartal pertama tahun ini, volume distribusi gas PGAS masih naik tipis 0,2% secara tahunan menjadi 882 bbtud. Pertumbuhan tipis tersebut terjadi di tengah adanya gangguan di pasokan gas hulu dan virus Covid-19 mulai merebak. Tercatat produksi gas di hulu melemah karena hanya memenuhi 72% atau setara 20.798 barel setara minyak (boepf) dari target per hari.
Sukarno pesimistis volume distribusi akan bertahan. Dia memproyeksikan, gangguan aktivitas industri berpotensi memberikan pengaruh buruk pada volume distribusi gas. "Emiten sudah merevisi target volume distribusi gas menjadi 900 bbtud-925 bbtud dari 980 bbtud," kata Sukarno, Senin (18/5).
Ke depan Sukarno memproyeksikan volume distribusi emiten yang kerap disebut dengan PGN ini berpotensi lebih rendah lagi jika perbaikan ekonomi terjadi secara lambat.
Baca Juga: Pekerjaan rumah pengurus baru PGAS: Harga gas industri dan perbaiki kinerja
Sedangkan, Isnaputra Iskandar, analis Maybank Kim Eng Securities berpendapat bahwa volume distribusi gas dan margin berpotensi tumbuh lebih baik daripada ekspektasinya. Dalam riset, Isnaputra mencatat volume distribusi gas periode April memang masih menurun 9% secara bulanan.
Namun, angka tersebut sudah lebih baik dari perkiraannya dengan turun 40% secara bulanan. "Jika volume distribusi pada semester II bisa naik 5% lebih tinggi dari kuartal II-2020 maka diproyeksikan volume distribusi PGAS di sepanjang tahun bisa tumbuh 42,8% lebih tinggi dari asumsi kami," kata Isnaputra dalam riset.
Peraturan Kementerian ESDM No 10/2020 yang dikeluarkan 7 April lalu menetapkan tarif gas industri sebesar US$ 6 per mmbtu. Isnaputra mengatakan PGAS berpotensi mengalami kesulitan dalam menerapkan tarif baru tersebut kepada 100% pelanggannya. Untungnya, pemerintah saat ini hanya menetapkan penurunan tarif gas pada tujuh sektor.
Baca Juga: Simak capaian dan target bisnis Perusahaan Gas Negara (PGAS) di masa mendatang
Isnaputra mengatakan dengan hanya mengurangi tarif gas ke 40% pelangganya, maka peluang penurunan kinerja PGAS masih bisa terjaga. Hingga akhir 2020, Isnaputra memproyeksikan kinerja keuangan PGAS berpotensi tetap positif dengan asumsi volume distribusi gas mencapai 840 bbtud dan margin distribusi US$ 1,8 mmbtu atau naik 9,25% dari ekspektasi Isnaputra saat ini.
Sedangkan, Sukarno memproyeksikan pendapatan PGAS di tahun ini berpotensi menurun bila tidak memanfaatkan aktivitas ekspor negara tujuan yang ekonominya mulai kembali normal. Namun, untuk pos laba bersih berpotensi tetap sesuai dengan target bila PGAS mampu melakukan efisiensi biaya.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) berencana menekan beban operasional hingga 30%
Sukarno merekomendasikan hold untuk PGAS atau bisa juga beli untuk jangka panjang. "Strategi investasi jangan pegang dalam waktu pendek, diharapkan wait and see dulu sampai ada sinyal beli atau transisi mulai muncul," kata Sukarno. Di menargetkan harga saham PGAS di Rp 1.500 per saham untuk jangka panjang.
Sementara, Isnaputra merekomendasikan buy saham PGAS di target harga Rp 1.150 per saham. Arandi Ariantara, analis Ciptadana Sekuritas merekomendasikan hold saham PGAS dengan target harga Rp 860 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News