kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.769   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Kinerja Bank Central Asia (BBCA) Ditopang Pemulihan Makro Ekonomi Indonesia


Kamis, 17 Agustus 2023 / 17:05 WIB
Kinerja Bank Central Asia (BBCA) Ditopang Pemulihan Makro Ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019). Kinerja Bank Central Asia (BBCA) Ditopang Pemulihan Makro Ekonomi Indonesia.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bakal melanjutkan tren positif pertumbuhan kinerjanya. Katalis utama dari kondisi makro ekonomi Indonesia yang terus membaik.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, BBCA merupakan salah satu saham bluechip yang terbukti konsistensi pertumbuhannya selama ini. Bahkan ketika masa pandemi hanya mengalami sedikit penurunan laba.

"Oleh karena itu kami yakin tren pertumbuhan positif masih dapat dilanjutkan seiring semakin pulihnya kondisi ekonomi nasional," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (16/8).

Baca Juga: BCA Masih Merajai Transaksi Mobile Banking Perbankan

Pandhu memproyeksikan, GDP Indonesia masih dapat tumbuh di atas 5% tahun ini. Sehingga menjadi pertanda bahwa kondisi ekonomi dalam arah yang positif dan menawarkan prospek yang cukup menarik.

Meskipun memang, masih ada sentimen negatif yang membayangi, khususnya dari global. Antara lain, tingkat suku bunga masih tetap tinggi disertai tingkat inflasi yang meningkat.

 

Pandhu menilai, hal tersebut dapat mengancam pertumbuhan kredit karena para pengusaha akan cenderung menahan ekspansinya.

"Kemudian jika hal ini berlanjut pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan membuat bisnis beberapa sektor terdampak signifikan, dapat kembali melambungkan NPL yang dapat menekan kinerja perseroan," paparnya.

Baca Juga: Kebijakan Hilirisasi Nikel Belum Maksimal

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan, Bank Indonesia (BI) telah merevisi pertumbuhan kredit menjadi 9%-11% dari 10%-12%. Lalu, dari global dari global banking turmoil yang mana sebelumnya, Fitch telah memangkas US credit rating.

"Jadi ini merupakan suatu tantangan yang harus disikapi oleh investor, baik asing maupun domestik," katanya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×