Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Meski demikian, kedua analis sepakat bahwa dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik dapat membatasi sentimen negatif yang menyelimuti kineja BBCA. Bahkan Nafan memperkirakan, perseroan mampu memitigasi NPL di kisaran 3% lantaran tingkat likuiditas yang memadai.
Pandhu melanjutkan, dari kinerja BBCA diperkirakan masih akan bertumbuh dobel digit hingga akhir tahun. Laba bersih BBCA diproyeksikan bertumbuh 10%-15% mencapai Rp 45 triliun hingga Rp 47 triliun.
Dari kinerja saham, Pandhu menuturkan BBCA merupakan salah satu emiten yang harga sahamnya jarang tertekan dan turun dalam. Sehingga koreksi pada saham BBCA merupakan hal yang sangat dinantikan oleh banyak investor. Sepekan terakhir, harga saham BBCA terkoreksi 1,06%.
Baca Juga: Bank BCA Buka Prograng Magang Bakti 2023 Buat Lulusan SMA/SMK, Ini Syaratnya
Berangkat dari sana, ia menilai ini menjadi peluang untuk buy on weakness BBCA, terutama ketika terjadi koreksi dalam. Menurutnya, tekanan yang mungkin terjadi jika terdapat capital outflow yang kuat, tetapi hal ini biasanya akan berlangsung bersamaan dengan tekanan yang terjadi pada IHSG dan sejauh ini masih tampak relatif kuat.
Mempertimbangkan hal tersebut, Investindo Nusantara Sekuritas memperkirakan harga BBCA masih dapat menguat hingga kisaran Rp 10.000. Nah, dengan potensial upside yang relatif minim dibandingkan harga saat ini, ia merekomendasikan hold BBCA.
"Menarik untuk buy on weakness jika terdapat koreksi ke area Rp 8.700 - Rp 9.000," katanya.
Sementara Nafan melihat, secara teknikal BBCA pada Daily Chart masih bertahan di area pola major up channel dengan target resistance pada Rp 9.700. "Kami merekomendasikan accumulate," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News