Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) penuh peluang dan tantangan pada sisa tahun 2025.
ASRI mencetak pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 1,4 triliun per semester I 2025. Lilia Setiprawarti Sukotjo, Direktur ASRI mengatakan, raihan tersebut sudah mencakup 40% dari target tahun 2025.
“Proyek-proyek yang berkontribusi terhadap marketing sales tersebut antara lain Sutera Rasuna sebesar Rp 437 miliar, kavling komersial dan ruko Rp 384 miliar, The Gramercy Rp 164 miliar, Sutera Nexen Rp 98 miliar, dan sisanya adalah penjualan stok,” ujarnya dalam Pubex Live 2025, Selasa (9/9).
Dari raihan tersebut, ASRI mengatongi prapenjualan sebesar Rp 150 miliar dari produk hunian yang ikut serta dalam PPN DTP. Jumlah itu sekitar 11% dari prapenjualan perseroan di paruh pertama tahun 2025.
Baca Juga: Fundamental Masih Lemah, Saham Emiten Rokok Kembali Anjlok
Alhasil, ASRI pun berharap insentif PPN DTP bisa diteruskan. Apalagi, perseroan masih memiliki sejumlah stok hunian siap huni yang bisa diikutsertakan dalam program tersebut.
“Kami harapkan tentu saja sistem untuk pendaftaran PPN DTP ini bisa lebih diperlancar. Itu akan membantu sekali,” ungkapnya.
Selain itu, Alam Sutera juga menyambut baik era suku bunga rendah. Asal tahu saja, BI menurunkan suku bunga ke 5% pada Agustus 2025. Tren penurunan suku bunga juga akan dilakukan oleh bank sentral hingga akhir tahun 2025, baik itu oleh The Fed maupun BI.
Direktur ASRI, Edward Ariadi Tanuwijaya mengatakan, ada dua dampak yang dirasakan oleh perseroan. Pertama, dari sisi penjualan. Sebab, sekitar 50% dari konsumen ASRI menggunakan pembayaran dengan sistem KPR.
“Jadi kalau misalkan memang ada produk-produk KPR yang ditawarkan dengan bunganya lebih menarik, harusnya akan membantu penjualan kita ke depannya,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Kedua, dari sisi neraca keuangan. Dengan penurunan suku bunga bank sentral, nanti akan berdampak ke penurunan bunga pinjaman bank yang dilakukan ASRI.
“Jadi kalau misalkan memang terealisasi penurunan suku bunganya, harusnya akan membantu di financial performance kami untuk tahun ini, tahun depan, dan seterusnya,” paparnya.
Di semester I 2025, ASRI telah merealisasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp86 miliar untuk pembelian tanah. Pembelian tanah ini dilakukan di area Suvana Sutera dan juga untuk pengembangan di sisi utara Alam Sutera.
“Setiap tahun ASRI ada alokasi capex sekitar Rp 150 miliar sampai Rp 200 miliar untuk pembelian tanah,” tuturnya.
Saat ini, ASRI pun memiliki cadangan lahan alias land bank hampir 2.000 hektare secara konsolidasi. Jika dilihat dari pengembangan sekarang, ASRI meyakini landbank itu cukup untuk pengembangan proyek sampai 20 tahun mendatang
“Tapi juga di sisi lain, kami juga masih mencadangkan capex seperti setiap tahunnya untuk mengganti atau replenish tanah yang dari proyek-proyek yang kami jual,” ungkapnya.
Rekomendasi Saham
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, kinerja ASRI mengalami perbaikan di sisi laba bersih di paruh pertama tahun 2025.
Laba sebelum pajak ASRI sebesar Rp 50,18 miliar per semester I 2025, naik 81,16% year on year (yoy) dari Rp 27,7 miliar. Laba bersih melonjak 123,15% yoy menjadi Rp 41,64 miliar per Juni 2025, dibanding Rp 18,66 miliar pada periode sama tahun lalu.
”Dari sisi penjualan, marketing sales tembus Rp 1,4 triliun, tumbuh 17% YoY dan menunjukkan permintaan pasar yang cukup solid,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (9/9).
Kinerja ASRI di sisa tahun 2025 akan didukung oleh efisiensi operasional, pertumbuhan marketing sales, landbank luas, serta recurring income yang stabil.
“Turunnya BI Rate dan perpanjangan insentif PPN DTP juga menjadi katalis positif untuk penjualan residensial,” ungkapnya.
Meski begitu, ada tantangan berupa penurunan laba bruto 37% YoY yang menekan margin, serta ketidakpastian global dan permintaan kredit yang masih lemah.
Recurring income ASRI tercatat Rp 136,7 miliar di semester I 2025, relatif stabil dibanding Rp 139,2 miliar pada periode sama tahun lalu.
Ke depan, kinerja ASRI akan sangat bergantung pada strategi menjaga margin, kontribusi proyek township dan residensial, serta pemanfaatan landbank.
“Lemahnya daya beli masyarakat serta bergesernya trend dari beli properti menjadi lebih banyak sewa, masih jadi momok nomor satu yang pengaruhi lesunya pasar properti,” tuturnya.
Secara teknikal, Liza melihat saham ASRI bergerak uptrend di dalam pola paralel channel sejak bottom pada April 2025. Saat ini, ASRI cenderung kesulitan break area resistance di level Rp 187 - Rp 191 per saham.
“Apalagi setelah IHSG rontok kemarin usai turunnya Menteri Keuangan Sri Mulyani, harga ASRI kembali terbenam ke bawah support Moving Average penting yang juga akan segera deadcross. Artinya, malah mulai mengawal trend turun,” ungkapnya.
Level resistance ASRI ada di level Rp175 per saham dan support di Rp 165, Rp 160, dan Rp 155 per saham. Liza pun menyarankan investor mengurangi posisi kepemilikannya di saham ASRI.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus melihat, secara umum, emiten properti memang mendapatkan angin positif dari tren penurunan suku bunga.
“Sebab, hal itu dapat mendongkrak permintaan properti secara jangka menengah,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa.
Penurunan suku bunga BI yang ditambah stimulus PPN DTP bisa menjadi obat penawar dari rendahnya tantangan daya beli masyarakat, khususnya untuk pembelian aset hunian.
Angga pun merekomendasikan akumulasi untuk ASRI pada area Rp 155 - Rp 158 per saham, dengan target harga Rp 180 per saham. Investor bisa cutloss jika harga menyentuh di bawah Rp 150 per saham.
Baca Juga: PANI Kejar Marketing Sales Rp 5,3 Triliun, Cek Rekomendasi Sahamnya
Selanjutnya: Perdana Menteri Qatar Tegaskan Peran Mediasi Meski Diterpa Serangan Israel
Menarik Dibaca: Hemat Maksimal! Promo Pepper Lunch Sizzling Deals September 2025 Diskon sampai 42%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News