Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto
Untuk diketahui, pendapatan AKRA sebesar Rp 9,81 triliun pada kuartal I-2024. Pendapatan AKRA berkurang 10,49% secara tahunan atau year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 10,96 triliun.
Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh lebih rendahnya harga jual rata-rata minyak bumi dan bahan kimia dasar serta hujan deras di lokasi operasi klien.
Namun, Miftahul nilai, pertumbuhan laba inti sebesar 8% dan penjualan lahan JIIPE yang lebih tinggi menunjukkan bahwa AKRA masih memiliki prospek yang baik hingga akhir tahun 2024.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham AKRA, GOTO, MDKA, SMGA untuk Kamis (30/5)
Mifatahul menyebutkan, secara umum, pendapatan AKRA pada kuartal I-2024 masih didominasi oleh segmen perdagangan dan distribusi senilai Rp 9,02 triliun, manufaktur dan logistik Rp 401 miliar, dan kawasan industri Rp 387 miliar.
Namun, hingga kuartal I-2024, AKRA membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 595 miliar. Angka ini lebih rendah dari capaian kuartal I-2023 senilai Rp 607 miliar.
“Meski begitu, AKRA juga masih berada di kondisi valuasi yang tergolong cukup menarik, jika dilihat dari PE yang saat ini di 11.67x atau masih berada di bawah AVG 5Y 14.5x,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, saat dihubungi Selasa (11/6).
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai bahwa kinerja AKRA di sepanjang tahun 2024, masih cukup positif. Pasalnya, segmen perdagangan bahan bakar AKRA masih menghasilkan volume yang stabil. Sedangkan terkait margin bahan bakar cenderung datar di sepanjang tahun lalu.
Tak hanya itu, Hasan memprediksi, bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) B2B milik AKRA, berpotensi tumbuh sebesar 5-6% YoY di tahun 2024. Target optimistis ini didorong oleh permintaan dari klien di Kalimantan dan Sulawesi yang masih cukup tinggi.
Baca Juga: Saham AKRA Dibeli Lagi oleh Pengendali, Simak Prospek Kinerjanya
Namun demikian, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan estimasi pertumbuhan yang lebih konservatif sekitar 1%, dengan mempertimbangkan perlambatan pertumbuhan di sektor pertambangan segmen pelanggan, di tengah lambatnya kemajuan persetujuan RKAB pada kuartal I-2024 lalu.
“Perhatikan bahwa 50% volume segmen pertambangan AKRA berasal dari pertambangan batubara,” kata dia.
Dengan demikian, Hasan merekomendasikan Trading Buy untuk AKRA, dengan target harga Rp 1.650 - 1.750 per saham. Miftahul juga merekomendasikan Trading Buy, dengan target harga Rp 1.700 - Rp 1.800 per saham.
Sedangkan Arnanto merekomendasikan Underweight untuk AKRA, dengan target harga Rp 1.650 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News