Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menargetkan, tahun ini meraih kontrak baru sekitar Rp 15,2 triliun. Jumlah tersebut naik 60% dibandingkan realisasi tahun lalu sekitar Rp 9,2 triliun.
Para analis yakin, target kontrak baru ADHI tahun ini dapat tercapai. Ini seiring rencana pemerintah yang ingin menggenjot proyek-proyek infrastruktur. "Kalau berdasarkan hasil dari tahun lalu, menurut saya bisa tercapai," ungkap Adeline Solaiman, Analis Buana Capital.
Apalagi, ADHI akan ikut proyek pembangunan monorel di berbagai kawasan. Salah satunya monorel ke Bandara Soekarno Hatta dengan nilai proyek sekitar Rp 2 triliun. Selain itu ada proyek monorel Bekasi Timur-Cawang dan monarel di Surabaya dengan total nilai proyek lebih dari Rp 4 triliun. Dalam membangun monorel, ADHI berkerjasama dengan PT Inka dan PT Len Industry.
Menurut Analis Mandiri Sekuritas Handoko Wijoyo, anggaran pemerintah ke sektor infrastruktur akan lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum misalnya, melonjak 63% year on year (yoy) menjadi Rp 132 triliun di 2015.
Total anggaran tersebut menjadi katalis utama bagi order book ADHI ke depan. Perseroang memang ADHI memiliki ketergantungan pada proyek pemerintah.
Tak heran, saat tahun lalu pemerintah banyak menunda sejumlah proyek. ADHI harus merevisi target kontrak baru dari sebelumnya Rp 10,42 triliun. Kala itu, kontrak baru ADHI paling besar ditopang dari pihak swasta, 52%. Dan sisanya, BUMN 24% dan 24% dari BUMD. "Kami memperkirakan, pendapatan kontrak baru ADHI di 2015 mencapai Rp 14,4 triliun," tulis Joko Sogie, Analis Danareksa Sekuritas pada riset 6 Januari 2015.
Sentimen positif juga muncul dari rencana pemerintah yang siap menyuntik modal melalui skema rights issue. Kemarin BUMN mengusulkan agar ADHI mendapat penyertaan modal negara (PNM) sebesar Rp 1,4 triliun.
Handoko menilai, hal itu akan memperkuat balance sheet atau ekuitas ADHI. "Saat ini ADHI memiliki balance sheet terendah dibandingkan yang lain, dengan suntikan dana ini balance sheet-nya akan lebih kuat," ujar dia.
Meski demikian, Handoko menilai, ADHI bakal menghadapi tantangan dari segi penjualan properti. Eksposur ADHI lebih besar dalam bisnis properti.
Manajemen ADHI mencatat, tahun lalu bisnis properti menyumbang 10,14% atau Rp 913,2 miliar terhadap kontrak baru. Sedangkan bisnis jasa konstruksi dan EPC menyumbang Rp 8,2 triliun dan bisnis precast concrete berkontribusi Rp 74,3 miliar.
Tapi Handoko yakin, pendapatan ADHI tahun ini akan mencapai Rp 10,82 triliun, naik proyeksi tahun lalu di Rp 9,97 triliun. Sedangkan target laba bersih tahun ini sekitar Rp 332 miliar di dan Rp 317 miliar di 2014.
Sementara Joko memproyeksikan, pendapatan ADHI di tahun ini mencapai Rp 11,94 triliun naik dari estimasi 2014 Rp 9,58 triliun. Laba bersih menjadi Rp 419 miliar di 2015 dan Rp 268 miliar pada 2014.
Maka, Joko dan Adeline merekomendasikan, beli dengan target masing-masing di Rp 3.900 dan Rp 3.150. Handoko merekomendasikan netral di Rp 3.420. Senin (19/1) harga saham ADHI naik 0,58% ke Rp 3.485.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News