kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.099   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.115   -42,99   -0,60%
  • KOMPAS100 1.066   -6,79   -0,63%
  • LQ45 836   -6,20   -0,74%
  • ISSI 217   -1,50   -0,69%
  • IDX30 427   -3,08   -0,72%
  • IDXHIDIV20 514   -4,32   -0,83%
  • IDX80 121   -0,89   -0,72%
  • IDXV30 127   -0,45   -0,36%
  • IDXQ30 142   -1,18   -0,82%

Kinerja 2022 Oke, Inilah Saham Blue Chip yang Diprediksi Masih Cuan Tahun 2023


Senin, 06 Maret 2023 / 07:39 WIB
Kinerja 2022 Oke, Inilah Saham Blue Chip yang Diprediksi Masih Cuan Tahun 2023
ILUSTRASI. Kinerja 2022 Oke, Inilah Saham Blue Chip yang Diprediksi Masih Cuan Tahun 2023. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah emiten dengan saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan hasil kinerja tahun 2022 mentereng. Lalu, saham blue chip apa yang masih memiliki prospek cerah tahun 2023 ini?

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai puluhan triliun hingga ratusan triliun rupiah.

Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga.

Selain itu, saham blue chip juga memiliki likuiditas yang bagus. Biasanya likuiditas ini dipengaruhi oleh jumlah saham yang dimiliki publik atau beredar di bursa. Makin banyak kepemilikan saham publik, maka makin likuid pula saham tersebut.

Saham yang masuk ke dalam kategori blue chip biasanya juga telah sudah cukup lama lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jangka waktu minimal lima tahun.

Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini (6/3) Melemah, Agar Cuan Cermati Saham Berikut

Oleh karena itu, saham blue chip cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar. Anda tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham blue chip.

Pasalnya, perusahaan yang sahamnya tergolong blue chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.

Saham jenis blue chip sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.

Bukan berarti saham blue chip tidak akan mengalami penurunan. Namun saham-saham blue chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

Emiten konstituen indeks LQ45 unjuk gigi menyajikan kinerja keuangan yang cemerlang. Sejauh ini, ada 17 emiten dari indeks saham blue chip  tersebut yang sudah merilis laporan keuangan tahun buku 2022.

Pada pekan lalu, ada lima emiten saham blue chip yang mengungkap laporan kinerjanya. Mayoritas mencetak pertumbuhan top line dan bottom line yang signifikan. Bahkan emiten saham blue chip yang mencetak rekor kinerja tertinggi.

Salah satu emiten saham blue chip dengan kinerja bagus tahun 2022 adalah emiten batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). PTBA meraih laba bersih Rp 12,56 triliun, melesat 58,98% secara tahunan (YoY). Sedangkan ADRO mengeruk keuntungan US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 38 triliun, meroket 167% (YoY).

Grup Astra juga menjadi primadona. PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) masing-masing mengantongi laba bersih Rp 28,94 triliun dan Rp 21 triliun. ASII dan UNTR bahkan sudah membocorkan rencana pembagian dividen jumbo.

Baca Juga: Rekomendasi Analis, Laba Jasa Marga (JSMR) Melesat 70,18% pada 2022!

Sebelumnya, ada emiten saham blue chip sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar besar (bigcaps) yang sudah unjuk gigi terlebih dulu. Hanya saja, tak semua emiten LQ45 mampu mendongkrak keuntungan di tahun 2022.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia, Wisnu Prambudi Wibowo, menilai mayoritas kinerja tahun 2022 relatif sesuai perkiraan. Emiten bank punya kinerja stabil dan solid, sedangkan emiten batubara menghirup angin segar dari win fall profit lonjakan harga komoditas tahun lalu.

Emiten saham blue chip yang terkait dengan komoditas seperti UNTR turut mencicipinya. Begitu juga ASII dengan multi sektor industri, dan bisnis otomotifnya yang terkerek pemulihan ekonomi. Nasib berbeda dialami oleh sektor barang konsumen yang labanya tertekan lonjakan beban pokok.

Sementara itu, Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai di antara LQ45 yang sudah merilis kinerja, ada tiga emiten dengan bottom line di bawah ekspektasi. Yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). 

Sebagai informasi, EXCL, UNVR, dan JPFA masing-masing mengantongi laba bersih tahun 2022 senilai Rp 1,1 triliun (turun 14% YoY), Rp 5,36 triliun (turun 6,78% YoY), dan Rp 1,41 triliun (turun 30,19% YoY). 

Prospek Kinerja di 2023

Nico melihat sejumlah emiten saham blue chip masih punya ruang untuk melanjutkan pertumbuhan atau berbalik naik di tahun ini. Terutama di sektor perbankan, barang konsumsi primer dan komoditas mineral logam (mining metal).

Kinerja emiten saham blue chip sektor bank masih bisa melaju dengan proyeksi pertumbuhan kredit dan ekspektasi suku bunga sudah mencapai puncaknya di semester pertama 2023. Sementara itu, emiten barang konsumsi primer diperkirakan punya ruang yang lebih lega untuk menumbuhkan laba.

Nico memandang ada sejumlah faktor yang akan memoles sektor ini. "Normalisasi harga komoditas pangan, solidnya tingkat konsumsi domestik yang diproyeksi berlanjut hingga mulai musim kampanye pada kuartal IV-2023 akan menjadi katalis positif," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/3).

Kemudian untuk emiten tambang logam terutama nikel, prospeknya akan terpoles oleh gencarnya program hilirisasi dari pemerintah. Pengembangan ekosistem kendaraan listrik juga masih menjadi sentimen positif.

Sebaliknya, nasib berbeda bisa dialami oleh emiten batubara. Wisnu memprediksi ruang pertumbuhan kinerja keuangan akan menyempit, terlihat dari harga batubara yang sudah turun 55,31% (YoY) ke level US$ 187 per ton.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menambahkan, kejatuhan harga komoditas membuat kinerja emiten energi terutama batubara akan kembali ke fase normal. 

"Jadi potensi kembali cetak rekor di tahun ini relatif berat. Sejalan dengan fluktuasi ekonomi di tengah era suku bungga tinggi dan ancaman perlambatan ekonomi," kata Praska.

Dia menambahkan, efek lonjakan suku bunga juga bisa turut menjadi tantangan bagi emiten otomotif. Emiten bank pun bakal menemui sejumlah kendala, seperti potensi meningkatnya Non-Performing Loan (NPL).

Praska ikut melihat emiten barang konsumsi primer punya peluang untuk tumbuh di tahun ini. Hanya saja dengan level kenaikan laba yang masih konservatif. 

Rekomendasi saham blue chip

Meski begitu, emiten-emiten yang punya kinerja mentereng pada tahun 2022, seperti bank dan batubara, menarik dilirik dalam jangka pendek. Praska menaksir ada potensial upside dari respons pasar terhadap pembayaran dividen saham blue chip.

Terlebih di tengah harga sebagian saham yang saat ini sudah terkoreksi. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen dan indikator, Praska menjagokan tujuh saham blue chip di indeks LQ45 yang masih menarik untuk buy atau hold.

Mereka adalah ASII, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Baca Juga: Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini Saat IHSG Tertekan Jumat (3/3)

Sedangkan Nico membagi rekomendasi saham blue chip pada tiga sektor. Pada saham bank, Nico memilih PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai pilihan jangka panjang.

Lalu untuk consuemr primer, Nico menjagokan duo Indofood, INDF dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian untuk emiten tambang logam Nico memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

"Kalau untuk short term buy bisa mengoleksi saham yang akan memberikan dividend sampai tanggal akumulasinya yakni ASII, UNTR, dan ITMG," imbuh Nico.

Sementara itu, Wisnu menyarankan buy on weakness saham BBRI, BMRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), ASII, dan buy saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Itulah rekomendasi saham blue chip dengan kinerja tahun 2022 bagus yang layak dikoleksi tahun 2023 ini. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×