CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.884   -24,00   -0,15%
  • IDX 7.190   -24,22   -0,34%
  • KOMPAS100 1.099   -3,81   -0,35%
  • LQ45 875   -0,78   -0,09%
  • ISSI 217   -1,36   -0,62%
  • IDX30 448   -0,17   -0,04%
  • IDXHIDIV20 541   1,12   0,21%
  • IDX80 126   -0,45   -0,35%
  • IDXV30 136   0,30   0,22%
  • IDXQ30 149   0,04   0,03%

Kimia Farma (KAEF) ingin menurunkan ketergantungan bahan baku obat hingga 23%


Selasa, 16 Februari 2021 / 19:13 WIB
Kimia Farma (KAEF) ingin menurunkan ketergantungan bahan baku obat hingga 23%
ILUSTRASI. Fasilitas produksi bahan baku obat Kimia Farma (KAEF) di Cikarang, Jawa Barat sudah beroperasi.


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menargetkan penurunan impor bahan baku obat (BBO) hingga 23% pada 2024. Hal ini sejalan dengan telah beroperasinya fasilitas produksi BBO di Cikarang, Jawa Barat.

"Kami harapkan akan menurunkan impor BBO hingga sekitar 23% di tahun 2024 dengan terus melakukan pengembangan BBO lainnya,” ujar Verdi Budidarmo, Direktur Utama KAEF dalam keterangan resmi, Selasa (16/2).

Pengembangan tersebut KAEF lakukan juga sebagai bentuk sinergi holding BUMN Farmasi. Sinergi ini diharapkan dapat menurunkan impor bahan baku farmasi atau active pharmaceutical ingredients (API) yang saat ini lebih dari 90%-95% bahan bakunya masih diimpor dari luar negeri.

Hingga akhir 2020, fasilitas tersebut telah berhasil memproduksi sembilan item BBO. Selain pengembangannya dilakukan dengan prioritas kebutuhan nasional, dalam prosesnya pengembangan BBO tersebut juga memilki sertifikat dari BPOM.

Baca Juga: Beredar kabar sahamnya dijual di e-commerce, ini tanggapan Kimia Farma (KAEF)

Selain itu, dilakukan juga sertifikasi halal atas produk BBO dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengantisipasi implementasi UU 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang diimplementasikan tahun 2019.

“Dalam pengembangan BBO, Kimia Farma menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan yaitu Sung Wun Pharmacopia Co Ltd yang memiliki kapabilitas riset pengembangan BBO serta memberikan kesempatan bagi para SDM kami untuk memperoleh transfer knowledge dan transfer teknologi dalam pengembangan dan produksi BBO,“ terang Verdi.

Dalam mewujudkan kemandirian khususnya kemandirian BBO dalam negeri, tentunya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi mengingat industri BBO di Indonesia bisa terbilang baru dan masih belum banyak industri yang mengembangkan industri BBO. Beberapa tantangan yang harus dihadapi industri BBO di Indonesia antara lain dari aspek economic of scale, teknologi, SDM dan juga dari sisi regulasi.

“Untuk pengembangan industri BBO ini ke depan, sebagai start up industry tentunya diperlukan dukungan dari seluruh pihak untuk menyelesaikan tantangan industri BBO yang saat ini masih kita hadapi, sehingga ke depan kemandirian industri BBO ini dalam upaya mengurangi ketergantungan impor khususnya impor BBO farmasi dan penguatan industri farmasi dalam negeri,“ kata Verdi.

Baca Juga: Mengukur Dosis Wajar Saham Farmasi, Ini Rekomendasi Saham KAEF, INAF, KLBF, dan TSPC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×