kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kimia Farma incar porsi pendapatan anorganik 10%


Rabu, 13 September 2017 / 20:10 WIB
Kimia Farma incar porsi pendapatan anorganik 10%


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tengah gencar berekspansi secara anorganik. Ada dua atau tiga perusahaan lagi yang menjadi bidikan akuisisi KAEF.

Rencana akuisisi ini sejalan dengan upaya KAEF untuk memperbesar porsi pendapatan anorganik. Hingga saat ini, 100% pendapatan KAEF masih berasal dari bisnis organiknya, yaitu farmasi. Tahun depan, sekitar 5%-10% pendapatan KAEF diharapkan bisa berasal dari bisnis anorganik.

"Tentunya, margin nanti juga akan meningkat," ujar Honesti Basyir, Direktur Utama KAEF, Rabu (13/9).

Seperti diketahui, gencarnya ekspansi anorganik KAEF sudah ditandai dengan akuisisi Dwaa yang ditargetkan prosesnya tuntas pada Oktober mendatang. KAEF bakal menjadi pemegang 60% saham perusahaan asal Arab Saudi tersebut. Nilai investasinya tidak kurang dari Rp 100 miliar. Sumber dananya berasal dari MTN yang baru saja diterbitkan.

Seperti diketahui, KAEF baru saja menerbitkan medium term notes (MTN) Rp 400 miliar bertenor tiga tahun. Kupon MTN tersebut sebesar 8,10% per tahun.

Penerbitan MTN ini merupakan bagian dari rencana KAEF untuk menerbitkan MTN dengan plafon maksimal Rp 1 triliun. Sisanya sebesar Rp 600 miliar akan diterbitkan kuartal I 2018.

Andre Suntono, analis UOB Kay Hian menilai positif gencarnya ekspansi yang tengah dilakukan KAEF. Upaya ini akan meringankan langkah KAEF untuk mengejar pendapatan Rp 7 triliun dengan posisi margin laba bersih antara 5% hingga 7%.

Meski demikian, masih ada sejumlah sentimen yang perlu dihadapi KAEF. "Depresiasi rupiah dan 95% bahan baku yang masih harus impor," tulis Andre dalam riset 25 Agustus.

Untungnya, kondisi rupiah saat ini sudah cenderung stabil. Sentimen tingginya beban impor bahan baku juga sudah mulai ternetralisir meski masih butuh beberapa waktu lagi.

Pasalnya, pabrik garam farmasi KAEF di Watukadon, Jawa barat dengan kapasitas 2.000 ton per tahun sudah mulai beroperasi. Utilisasinya untuk tahun ini sekitar 50% dan akan terus meningkat mulai tahun depan. KAEF juga sudah memulai konstruksi pabrik garam farmasi fase kedua. Jika semuanya tuntas, pabrik garam farmasi KAEF bakal memperoleh tambahan kapasitas produksi 4.000 ton per tahun.

Sehingga, keberadaan dua fasilitas produksi itu diharapkan mampu memenuhi kebutuhan garam farmasi domestik yang mencapai 7.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×