Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maraknya tekanan di pasar keuangan sejak awal tahun, rupanya tidak menyurutkan minat manajer investasi (MI) untuk merilis produk baru tahun ini. Salah satu produk tersebut yakni Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA).
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, produk KIK EBA saat ini dipandang menarik oleh investor. Apalagi skema umumnya mirip obligasi yaitu, membagikan imbal hasil secara berkala yang mana umumnya tiga bulanan dengan jaminan aset keuangan.
"Bagi emiten, KIK EBA menjadi sarana untuk sekuritisasi aset keuangan ketika membutuhkan likuiditas," jelas Wawan kepada Kontan beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Tak agresif rilis produk baru, begini strategi Mandiri Manajemen Investasi di 2020
Adapun untuk kinerja instrumen investasi tersebut, karena strukturnya mirip obligasi dan memberikan kupon tetap maka, KIK EBA juga diuntungkan oleh penurunan suku bunga. Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.
Di sisi lain, Wawan menilai kondisi perlambatan ekonomi dan kondisi luar biasa yang menekan pasar keuangan global terkait virus corona bisa membuat prospek KIK EBA terpengaruh. Dia mencontohkan, KIK EBA Garuda asetnya adalah pendapatan tiket Jakarta Jeddah dan Madinah selama 5 tahun, namun yang terjadi saat ini Pemerintah Arab Saudi justru menyetop penerbangan tersebut.
"Hal ini akan menjadi perhatian investor dan cara Garuda dalam menyelesaikan, sekaligus bakal menjadi rujukan untuk KIK EBA lainnya di saat terjadi risiko," ungkap Wawan.
Baca Juga: Manajer Investasi Yakin Reksadana Saham Bakal Bangkit Tahun Depan
Bagi investor yang berniat masuk ke produk KIK EBA tahun ini, Wawan menyarankan untuk memperhatikan beberapa hal. Salah satunya, investor tetap harus melihat fundamental emiten di samping ratingnya karena, fungsi MI hanya perantara. Apalagi, jaminan EBA umumnya aset keuangan seperti piutang atau pendapatan di masa yang akan datang, sehingga investor harus betul-betul melihat risiko apa saja yang mungkin terjadi
"Di saat suku bunga rendah, tentu saja KIK EBA yang penawaran kuponnya biasanya cukup tinggi dibanding obligasi akan menarik," tandas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News