Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sedang tren melemah. Padahal, perusahaan ini mencatatkan kinerja bagus dengan pencapaian laba tahun 2023 yang meningkat pesat mendekati 30%. Apakah saham blue chip ini layak beli?
Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa efek yang memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Banyak investor menjadikan saham blue chip sebagai pilihan investasi. Pasalnya, harga saham blue chip cenderung meningkat dalam jangka panjang. Selain itu, harga saham blue chip juga tidak mudah dipermainkan oleh para spekulan.
Di BEI, saham yang identik dengan blue chip adalah saham-saham di Indeks LQ45. Indeks LQ45 berisi 45 saham paling likuid dan kapitalisasi pasar terbesar.
Salah satu saham LQ45 yang tengah mengalami penurunan harga adalah saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Harga saham INDF pada perdagangan Selasa 26 maret 2024 ditutup di level 6.375 turun 75 poin atau 1,16% dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam sebulan terakhir, harga saham INDF terakumulasi melemah 200 poin atau 3,04%. Penurunan ini semakin menjauhkan saham INDF dari harga tertinggi di level 8.250 pada 17 Januari 2020.
Penurunan harga saham INDF berseberangan dengan kinerja. Indofood mencatat laba bersih Rp 8,14 triliun pada tahun 2023. Laba ini meningkat 28,12% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 6,35 triliun di 2022.
Melansir keterbukaan informasi BEI, pertumbuhan laba bersih itu diiringi dengan kenaikan penjualan di tahun lalu. Penjualan bersih INDF mencapai Rp 111,7 triliun di 2023, naik 0,79% YoY dari Rp 110,83 triliun.
Jika dirinci, penjualan produk konsumen bermerek naik 5,12% YoY menjadi Rp 68,59 triliun. Penjualan dari segmen Bogasari berkontribusi sebesar Rp 30,41 triliun selama 2023.
Lalu, penjualan dari segmen agribisnis mencapai Rp 15,97 triliun dan segmen distribusi mencapai Rp 6,95 triliun. Sementara itu, total eliminiasi yang ditanggung INDF sebesar Rp 10,23 triliun atau turun 0,68% YoY.
Lead Investment Analyst Stockbit Sekuritas Edi Chandren mengatakan, INDF mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,06 triliun di kuartal IV 2023. Raihan itu turun 30% secara bulanan dan turun 38% secara tahunan.
Penurunan laba bersih di kuartal IV-2023 ini disebabkan oleh pencatatan kerugian nilai investasi pada entitas asosiasi sebesar Rp 2,43 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai wajar Dufil Prima Foods Plc. (DPFP), entitas asosiasi yang beroperasi di Nigeria di bawah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang sebesar Rp 1,81 triliun.
“Penurunan nilai wajar DPFP terkait dengan krisis nilai tukar naira Nigeria yang anjlok 50% terhadap rupiah selama 2023,” ujarnya dalam riset tertanggal 26 Maret 2024.
Rendahnya laba bersih pada kuartal IV 2023 akhirnya mengakibatkan laba bersih kumulatif INDF selama 2023 hanya mencapai Rp 8,14 triliun.
“Raihan ini berada di bawah ekspektasi, karena hanya setara dengan 88% estimasi Stockbit Sekuritas dan 89% estimasi konsensus,” ungkapnya.
Namun, secara operasional, kinerja INDF masih tergolong baik. Laba usaha INDF tercatat naik ke Rp 5,55 triliun per akhir 2023, naik 14% secara bulanan dan 6% secara tahunan. Sentimennya didorong oleh penurunan pada biaya bahan baku sebesar 3% secara bulanan dan 18% YoY.
Hasil laba usaha pada kuartal IV 2023 membuat laba usaha kumulatif selama 2023 naik 5% YoY menjadi Rp 19,7 triliun. “Hasil ini sedikit lebih baik dari ekspektasi, karena setara 104% estimasi Stockbit dan 102% estimasi konsensus,” tuturnya.
Baca Juga: Keuntungan Melesat, Saham Blue Chip Ini Berpotensi Bayar Dividen Besar
Berdasarkan segmennya, Bogasari menjadi penopang pertumbuhan laba usaha INDF pada kuartal IV 2023, dengan kenaikan 11% secara bulanan dan 24% YoY.
Sementara itu, segmen terbesar, yakni Consumer Branded Products (CBP) membukukan kenaikan laba usaha sebesar 5% secara YoY dan bulanan.
“Selama 2023, ICBP tetap menjadi penopang utama kinerja INDF dengan pertumbuhan laba usaha sebesar 19% YoY. Kontribusi laba usaha ICBP bagi INDF mencapai 75,2% selama 2023,” paparnya.
Edi melihat, laba bersih INDF di tahun 2023 tertekan dan berada di bawah ekspektasi akibat penurunan nilai investasi yang sifatnya tidak berulang dan bukan operasional. Namun, rilis kinerja INDF masih berpotensi memberikan sentimen negatif terhadap saham INDF dan ICBP.
“Sebab, nilai penurunan investasinya signifikan dan dapat muncul kekhawatiran mengenai masih adanya potensi penurunan nilai investasi pada 2024,” katanya.
Menurut Edi, besaran dividen tidak akan terlalu terpengaruh dengan penurunan nilai investasi tersebut. Dengan capaian kinerja operasional 2023, ekspektasi pembayaran dividen tahun buku 2023 dari INDF sebesar Rp 2,78 triliun atau Rp 316 per saham.
“Mengacu harga saham INDF pada penutupan bursa hari Selasa (25/3) di level Rp 6.450 per saham, estimasi jumlah dividen tersebut mengindikasikan dividend yield sebesar 4,9%,” ungkapnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan harga saham INDF berada di level support Rp 6.225 per saham dan resistance Rp 6.375 per saham. “Rekomendasinya cenderung wait and see dulu saja, karena masih rawan berlanjut koreksi. Tunggu sinyal reversal,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/3).
Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Rabu 27 Maret 2024. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News