Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Keunggulan poundsterling di hadapan dollar AS tidak bertahan lama. Mendekati proses Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa, laju GBP kembali tertekan.
Mengutip Bloomberg, Senin (20/3) pukul 19.11 WIB, pasangan GBP/USD tergerus 0,16% di level 1,2376 dibanding sehari sebelumnya.
Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy mengatakan, poundsterling sempat unggul di hadapan dollar AS lantaran pernyataan pejabat The Fed setelah kenaikan suku bunga justru menjatuhkan the greenback. "Pelaku pasar menilai The Fed kurang agresif karena hanya akan menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini dan secara bertahap," tuturnya.
Tetapi penguatan GBP/USD sulit berlanjut mengingat sterling kembali dibayangi oleh Brexit. Perdana Menteri Inggris, Theresa May siap untuk mendiskusikan lagi proses Brexit dengan parlemen.
Di samping itu, isu referendum keluarnya Scotlandia dari wilayah Inggris turut menjadi beban laju GBP. "GBP/USD akhirnya tergerus setelah menguat dalam empat hari terakhir," lanjut Nizar.
Pergerakan GBP/USD pada Selasa (21/3) akan mencermati data inflasi Inggris bulan Februari yang diprediksi naik menjadi 2,1% dari sebelumnya 1,8%. Inflasi menjadi salah satu faktor yang diperhatikan Bank Sentral Inggris (BOE) dalam mengambil kebijakan suku bunga. Sebelumnya, BOE sudah membuka peluang menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Jika inflasi mendukung, maka peluang kenaikan suku bunga Inggris akan semakin besar.
Di sisi lain, USD menanti data Current Account Amerika Serikat (AS) kuartal IV-2016 dengan proyeksi defisit US$ 129 miliar, lebih tinggi dari defisit sebelumnya sebesar US$ 113 miliar. Jika data Inggris positif, Nizar memperkirakan GBP/USD memiliki kesempatan untuk berbalik menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News