kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketidakpastian Ekonomi Terus Menekan Industri Kripto


Minggu, 06 November 2022 / 17:51 WIB
Ketidakpastian Ekonomi Terus Menekan Industri Kripto
ILUSTRASI. Mata uang kripto.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi memberi tekanan berat pada industri kripto. Risiko likuiditas menjadikan kripto sebagai aset pertama yang dijual. Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir menjelaskan, industri kripto sebenarnya masih memiliki prospek yang bagus. Membaiknya kondisi ekonomi dunia kemungkinan membuka peluang alokasi ke kripto akan kembali diminati.

Hanya saja, pemulihan pada industri kripto dinilai tidak akan menyeluruh. Tekanan berat yang mengurangi investasi di pasar kripto menyebabkan banyak jenis kripto bakal rontok dan mati.

"Tentunya kondisi ekonomi buruk serta ancaman terhadap investasi pada umumnya akan mengancam kripto pula, ujar Christopher kepada Kontan.co.id, Minggu (6/10).

Christopher bilang, semakin tinggi suku bunga maka semakin menakutkan bagi industri kripto. Sehingga, strategi paling baik dalam kondisi saat ini adalah cost averaging pada dollar saja.

Baca Juga: Meta Luncurkan Fitur NFT, CEO Indodax Optimistis NFT akan Jadi Lebih Berguna

"Kripto dianggap lebih berisiko dan memiliki likuiditas rendah, maka kripto cenderung akan dijadikan yang pertama untuk dilikuidasi," jelasnya.

Selain itu, lanjut Christopher, kualitas aset kripto belum mampu menarik banyak investor. Sebab, mata uang virtual ini masih memiliki segudang permasalahan yang sangat abstrak. Adapun penguatan mata uang kripto yakni Bitcoin dan Ether dalam sebulan terakhir dicermati sebagai spekulasi pasar.

Harga aset kripto dinilai sudah priced in, ditambah lagi adanya pernyataan dari The Fed yang kemungkinan akan memperlambat kenaikan tingkat suku bunganya menjadi lebih pasif. 

Data Bloomberg menunjukkan harga Bitcoin dan Ether kompak naik masing-masing 5,05% dan 17,51% secara bulanan. Namun, secara year to date (YTD), keduanya anjlok 55,96% dan 95,73%.

Baca Juga: Aspakrindo Minta Bappebti Ikut Terlibat Jadi Regulator Aset Kripto dalam RUU P2SK

Menurut Christopher, kenaikan lebih tinggi dirasakan Ether karena terkenal sebagai aset yang cenderung unggul dibanding Bitcoin. Sehingga, Ether sering menjadi pilihan spekulasi pelaku pasar.

Ether sendiri merupakan mata uang kripto yang berasal dari open-source berbasis blockchain, Ethereum. Ethereum ini menjadi platform perangkat lunak terdesentralisasi yang juga menciptakan mata uang kripto Ether (ETH).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×