Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, diperkirakan membuat harga minyak dunia bangkit. Sebelumnya, tersiar kabar bahwa Gedung Putih meminta opsi untuk serangan militer terhadap Iran September lalu. Ketegangan geopolitik AS-Iran ini dapat memanas karena kebijakan Presiden Trump yang tidak dapat diprediksi.
"Dewan keamanan nasional mengambil tindakan setelah kelompok yang berpihak pada Iran menembakkan rudal ke kantor diplomatik Baghdad, yang menampung kedutaan besar AS di Irak. Meskipun tidak ada yang terluka," ujar Andy Wibowo Gunawan dalam risetnya, Selasa (15/1).
Andy menilai bahwa Iran merupakan negara pengekspor minyak yang cukup besar. Pada tahun 2017, total produksi minyak harian Iran berkontribusi 5,4% terhadap total produksi minyak harian global. Sedangkan nilai ekspor minyak Iran pada awal Januari 2018 berkisar 1,3 juta barel/hari. Pada kondisi normal (tanpa adanya sanksi), nilai ekspor minyak Iran bisa lebih dari 2,5 juta barel/hari.
"Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Iran akan menaikkan harga minyak global dalam jangka pendek. Apalagi sebelum Gedung Putih meminta Pentagon untuk menyerang Iran, diperkirakan ketegangan geopolitik AS-Iran dapat meningkat lagi karena kebijakan Trump yang tidak dapat diprediksi," sebut Andy.
Dengan kondisi tersebut Secara keseluruhan, Andy menilai harga minyak dunia tahun ini bisa berkisar di rentang US$ 70 sampai US$ 75 per barel. "Pemain produsen minyak Indonesia, khususnya yang terdaftar, seperti Medco Energi International (MEDC) dan Surya Essa Perkasa (ESSA) akan mendapat manfaat dari harga minyak global yang meningkat," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News