Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Ruisa Khoiriyah
JAKARTA. Pamor perusahaan batubara milik pengusaha dan politisi Aburizal Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), semakin terpuruk. Kinerja keuangan Bumi kembali terbenam kerugian pada kuartal I-2012.
Pada akhir Maret 2012, Bumi merugi hingga US$ 107,16 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Catatan kinerja ini memperpanjang penurunan kinerja perseroan. Akhir tahun lalu, laba Bumi sudah menurun.
Terlebih jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2011 di mana Bumi masih mampu mencetak laba bersih sebesar US$ 111,25 juta, penurunannya mencapai 196,32%.
Ari Hudaya, Direktur Utama Bumi Resources, menjelaskan beberapa penyebab kerugian perseroan di kuartal I lalu. Pertama, transaksi derivatif dan rugi kurs. Berdasarkan laporan per Maret 2012, Bumi menderita rugi atas transaksi derivatif sebesar US$ 16,21 juta. Juga, rugi nilai tukar hingga US$ 8,19 juta.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Bumi masih membukukan laba di pos ini sebesar US$ 106,2 juta. Sedangkan laba dari selisih kurs masih tercapai US$ 80 juta. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu mengerek risiko pasar. Penguatan USD/IDR beberapa waktu lalu juga menekan Bumi.
Kedua, penurunan kegiatan penambangan oleh Newmont Nusa Tenggara. Nilai bagian atas laba netto entitas asosiasi perseroan anjlok dari US$ 39,3 juta menjadi hanya US$ 3,52 juta. Bumi menguasai Newmont Nusa Tenggara melalui PT Multi Daerah Bersaing, dengan penguasaan saham Newmont sebesar 15,68%.
"Kami akan memperbaiki fasilitas produksi demi peningkatan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi," janji Ari, Rabu malam (4/7).
Di sisi lain, beban usaha Bumi juga melonjak tajam. Pada kuartal I-2012, beban usaha perseroan tercatat sebesar US$ 172,2 juta, naik 73,4% year on year. Pengerek terbesar beban usaha adalah beban biaya eksplorasi dan evaluasi yang mencapai US$ 39,71 juta di tiga bulan pertama 2012.
Pos biaya eksplorasi itu melejit ribuan persen dibandingkan tahun lalu yang cuma US$ 344.994. Kenaikan harga minyak menjadi penyebabnya, yakni dari US$ 0,83 per liter menjadi US$ 0,98 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News