Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
Kendati begitu, Merpati baru mengantongi izin pelayanan kargo udara saja. Perusahaan hanya diberi tugas untuk melayani pengantaran kargo untuk wilayah bagian timur dengan meminjam pesawat milik Garuda Indonesia. Sebagai langkah awal, Garuda rencananya meminjamkan tiga pesawatnya, lalu menambahkan lagi lima pesawat di tahun 2020.
Dengan perjanjian tersebut, sejatinya Merpati Airlines mulai bisa melayani kargo udara per 10 November 2019. Sayangnya, pada 17 November 2019, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) menguak penyelundupan Harley-Davidson dan sepeda Brompton di dalam pesawat Airbus A330-900 Neo.
Lebih lanjut, saat ini Asep tengah menunggu sikap Garuda Indonesia soal kerjasama ini. Apalagi Garuda Indonesia usai melakukan perombakan direksi melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Baca Juga: Merpati Hidup Lagi, tapi Belum Bisa Terbang Sendiri
Di tengah terhambatnya kerjasama dengan Garuda Indonesia terhambar, Merpati Airlines justru ikut bekerjasama dengan TSG Global Holdings dan sembilan perusahaan asal Indonesia lainnya untuk mengembangkan bisnis di Republik Demokratik Kongo.
Merpati Airlines akan menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan penerbangan di Afrika, khususnya Republik Demokratik Kongo untuk membuka rute pengangkutan kargo Indonesia-Afrika dan kerjasama maintenance repair and overhaul (MRO) serta training centre.
"Ini kita menyambut baik atas hal ini, toh pada prinsipnya kan bagaimana untuk bisa beroperasi lagi, jadi ini bagian dari preparation. Bekerjasama tidak harus dengan satu pihak saja bisa dengan beberapa pihak lain," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News