kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kepemilikan asing di SBN turun Rp 5 triliun di September


Senin, 08 Oktober 2018 / 19:39 WIB
Kepemilikan asing di SBN turun Rp 5 triliun di September
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat kepercayaan investor asing pada instrumen surat utang domestik memudar.

Merujuk situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang September 2018, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) keluar sebesar Rp 5 triliun menjadi Rp 850,85 triliun.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie menilai, dana asing yang keluar dari SBN cukup besar nilainya. Depresiasi rupiah menjadi faktor utama yang menekan pasar obligasi domestik sehingga porsi asing di SBN terus menurun hingga ke 36,89% di September 2018.

Sementara itu, I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas berpendapat, jumlah kepemilikan asing yang keluar di September 2018 sudah bisa diduga, lantaran banyak katalis negatif yang membayangi pasar SBN, yaitu pelemahan rupiah.

Made mencatat, di periode yang sama tahun lalu, rupiah melemah sebesar 1,16% dengan yield naik 30 basis poin. "Asing keluar, tentu diikuti koreksi pasar sekunder dan mendorong kenaikan yield," kata Made, Senin (8/10).

Terlihat disepanjang September 2018, kepemilikan asing di SBN banyak keluar pada minggu pertama. Memasuki pertengahan minggu dana asing sudah mulai kembali masuk. Made mangamati asing mulai masuk karena saat itu nilai tukar rupiah cenderung stabil meski tidak berada dalam posisi yang kuat atawa stabil di sekitar Rp 14.900 per dollar AS.

"Asal rupiah stabil, itu sudah buat kepercayaan investor asing untuk beli SBN secara berharap meski tidak agresif," kata Made. Per 4 Oktober 2018 tercatat kepemilikan asing di SBN naik tipis menjadi Rp 851,37 triliun.

Roby menambahkan asing hengkang dari pasar obligasi domestik karena dipicu sentimen global, terutama dari AS. "Meningkatnya ekspektasi inflasi AS yang kemudian mendorong aksi jual yield US Treasury," kata Roby.

Di tengah data ekonomi dari dalam negeri belum ada yang positif untuk dijadikan katalis pendorong asing untuk masuk ke pasar obligasi domestik. Tercatat cadangan devisa Indonesia per akhir September 2018 turun dibandingkan Agustus 2018.

Penurunan cadev sebesar US$3,1 miliar, dari US$ 117,9 miliar pada akhir Agustus menjadi US$ 114,8 miliar pada akhir September. Roby memproyeksikan asing masih akan menahan diri untuk masuk ke pasar obliagsi domestik.

Senada, Made mengatakan selama nilai tukar rupiah cenderung melemah, maka diproyeksikan investor asing tidak akan agfresif masuk ke SBN. Terlebih, ancaman juga muncul dari kenaikan suku bunga acuan The Fed di Desember 2018.

Namun Made mengatakan, efek kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun sudah tidak signifikan membuat dollar AS menguat karena pelaku pasar sudah mengambil langkah antisipasi. Hanya saja, rupiah masih berpotensi melemah terhadap dollar AS ketika merespon data tingkat pengupahan di AS yang mengalami peningkatakan dan menciptakan laju penigkatan inflasi AS.

"Pertimbangan asing adalah jika mereka memaksa masuk secara agresif ke pasar SBN maka selisih yield US Treasury dengan SUN jadi mengecil sementara saat ini risiko di Indonesia sedang meningkat," kata Made.

Setelah cadangan devisa mayoritas dirilis menurun setiap bulannya, harapan selanjutnya dalam menggenjot kepemilikan asing di SBN adalah data neraca perdagangan sambil melihat bagaimana efektivitas kebijakan pemerintah dalam mengenakan tarif barang impor.

"Meski baru bisa dirasakan dalam jangka panjang, jika dari kebijakan barang impor berhasil untuk mengurangi impor dan bisa merubah cadangan devisa dari devisit menjadi surplus maka rupiah bisa bergerak lebih stabil dan asing pun percaya diri masuk ke pasar SBN, " kata Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×