kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis nilai peningkatan frekuensi penerbitan SBN ritel positif


Kamis, 04 Oktober 2018 / 20:14 WIB
Analis nilai peningkatan frekuensi penerbitan SBN ritel positif
ILUSTRASI. Peluncuran ORI015


Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah yang akan memperbanyak jumlah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel mendapat sambutan positif dari analis. Pemerintah pun perlu melakukan berbagai upaya yang efektif agar penerbitan SBN ritel bisa tepat sasaran dan sesuai dengan tujuannya.

Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengapresiasi niat pemerintah yang akan memperbanyak jumlah penerbitan SBN ritel.

Menurutnya, dana hasil penerbitan SBN ritel dapat digunakan untuk menambal kekurangan target penerbitan SBN melalui lelang. Apalagi, di tengah ketidakpastian pasar, pemerintah kerap kesulitan meraup dana secara optimal dari lelang SBN.

Meski demikian, agar lebih efektif dalam menjaring investor ritel, pemerintah perlu mengatur lagi mekanisme transaksi SBN ritel yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. “Soalnya sering kali investor institusi juga yang ujung-ujungnya mendominasi transaksi SBN ritel di pasar sekunder,” imbuh dia, hari ini (4/10).

Desmon juga berpendapat, minat investor ritel akan meningkat jika pemerintah mampu menawarkan premium spread yang menarik pada tiap SBN ritel yang diterbitkan. Dengan demikian, wajar jika pemerintah ke depannya berpotensi menetapkan kupon SBN ritel dengan spread yang cukup lebar dari SUN bertenor serupa ataupun instrumen deposito.

“Rata-rata investor ritel itu penabung di bank. Kalau selisih kupon SBN ritel dan deposito itu rendah, kemungkinan investor lebih memilih deposito,” ungkap dia.

Meski begitu, tetap saja besaran spread yang ditetapkan untuk kupon SBN ritel harus ada batasannya. Sebab, spread yang terlampau lebar berisiko mereduksi daya tarik instrumen lain yang kerap menjadi pembanding SBN ritel, misalnya deposito. “Kalau terlalu banyak investor yang meninggalkan deposito kurang bagus juga buat perbankan,” kata Desmon.

Di samping itu, pemerintah sebenarnya juga bisa mempertimbangkan penurunan pajak atas kupon obligasi agar minat investor di SBN ritel meningkat. Paling tidak, hal tersebut bisa menjadi kompensasi jika spread antara kupon SBN ritel dengan instrumen pembandingnya tergolong tipis.

Sekadar catatan, sepanjang tahun ini pemerintah telah 4 kali melakukan penawaran SBN ritel kepada masyarakat. Di antaranya melalui instrumen Sukuk Ritel seri SR010, Savings Bond Ritel seri SBR003 dan SBR004, dan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI015. Selain itu, masih ada sukuk tabungan seri ST-002 yang bakal ditawarkan bulan November mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×