kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 13,47 triliun sepanjang Oktober


Minggu, 04 November 2018 / 16:15 WIB
Kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 13,47 triliun sepanjang Oktober
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah dan sejumlah katalis positif lainnya membuat investor asing mulai berani masuk ke pasar obligasi negara Indonesia.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, investor asing melakukan aksi beli di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 13,47 triliun sepanjang Oktober. Alhasil, kepemilikan asing di SBN hingga 31 Oktober lalu mencapai Rp 864,32 triliun atau berkontribusi sebesar 36,93% dari total outstanding SBN.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar mengatakan, tren kenaikan kepemilikan asing di SBN sebenarnya mulai terlihat pada pertengahan bulan lalu seiring dengan adanya sejumlah sentimen positif yang menghampiri pasar obligasi domestik.

Salah satunya adalah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang tidak lagi liar. Memang, rupiah sempat menembus level Rp 15.200 per dollar AS pada awal Oktober lalu. Namun, setelahnya koreksi rupiah tak lagi terjadi secara signifikan. Dalam beberapa kesempatan, mata uang garuda bahkan sempat menguat.

Hasil ini turut meredakan volatilitas pergerakan harga dan yield Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder. “Kekhawatiran investor terhadap potensi kerugian kurs mulai berkurang,” katanya, Jumat (2/11).

Selain itu, tidak menutup kemungkinan pula masuknya kembali investor asing di pasar obligasi Indonesia disebabkan oleh pasokan instrumen tersebut yang sudah mulai berkurang jelang akhir tahun.

Investor asing juga dinilai belum terlalu mengkhawatirkan peningkatan risiko investasi di Indonesia dan negara emerging market lainnya. Sebab, hal tersebut dipicu oleh faktor eksternal berupa gejolak pasar saham yang sempat terjadi di AS dalam beberapa pekan terakhir.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana berpendapat, ketidakpastian yang masih melanda pasar saham global dan konflik geopolitik di sejumlah kawasan membuat aksi beli investor asing di pasar obligasi Indonesia tidak dilakukan secara agresif.

Ia menambahkan, investor asing masih berminat masuk ke pasar obligasi dalam negeri lantaran sejumlah data ekonomi AS dinilai kurang sesuai ekspektasi.

Salah satunya adalah data inflasi AS di sektor konsumer yang hanya tumbuh 0,1% atau lebih rendah dari prediksi analis sebesar 0,2% ketika dirilis pertengahan Oktober silam. “Ini memperlihatkan perekonomian AS tidak sebaik seperti yang diharapkan,” imbuh dia, akhir pekan lalu.

Investor asing juga melirik pasar obligasi Indonesia lantaran posisi yield SUN yang tergolong tinggi yaitu di kisaran 8% untuk tenor 10 tahun. Level SUN di Indonesia lebih tinggi ketimbang negara-negara emerging market lainnya yang memiliki peringkat utang sama. Contohnya adalah surat utang India tenor 10 tahun yang berada di level 7,78% pada perdagangan Jumat lalu.

Dengan demikian, jika volatilitas rupiah tetap terjaga, obligasi negara Indonesia berpotensi memberikan return riil yang lebih menarik bagi para investor asing dibandingkan obligasi dari negara lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×