kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   0,00   0,00%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Kepakan bisnis burung biru pasca IPO


Jumat, 07 November 2014 / 20:40 WIB
Kepakan bisnis burung biru pasca IPO
ILUSTRASI. Biaya Perpanjang SIM A & C Murah, Datangi SIM Keliling Bekasi & Bogor Hari Ini (26/5)


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. PT Blue Bird Tbk (BIRD) mencoba mengepakkan sayap bisnis. Untuk mendukung ekspansi, BIRD mencari dana lewat penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO).

BIRD melepas 376,5 juta atau 15% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh di harga Rp 6.500 per saham. Sehingga lewat aksi ini BIRD  mampu meraup dana Rp 2,45 triliun.

Angka tersebut sejatinya lebih mini dari target awal. Sebelumnya, BIRD menargetkan bisa meraup Rp 3,82 triliun-Rp 4,94 triliun. Ini terjadi, lantaran jumlah emisi saham BIRD turun dari semula 531,4 juta saham. Tak hanya itu harga perdana BIRD juga turun dari target awal Rp 7.100-Rp 9.300 per saham.

Direktur Keuangan BIRD, Robert Rerimasie menjelaskan, penurunan harga itu lantaran kondisi pasar global. Ia mengklaim, sejatinya jika menggunakan harga awal IPO BIRD sebenarnya sudah oversubcribed. "Kami bukan hanya mengejar harga tertinggi, namun juga mencari kenyamanan investor. Jadi ini benar-benar karena pertimbangan pasar," alasan dia.

Perusahaan ini pun yakin pasca IPO kinerjanya bakal kian membaik. Pasalnya sebagian besar dana IPO akan digunakan untuk ekspansi. Dimana sebesar 46,96% untuk membiayai belanja modal Blue Bird dan entitas anak.

Dana akan digunakan untuk menambah armada kendaraan dan pembelian lahan untuk pool taksi. BIRD memang mempunyai target meremajakan 500 armada setiap bulan. Tak hanya itu, BIRD juga akan menambah 18%-20% armada setiap tahun.

Sejak April 2014, total armada yang dimiliki BIRD 30.298 unit. Terdiri dari taksi reguler 23.932 unit, taksi eksekutif 1.252 unit, limousine dan rental mobil 4.524 unit serta charter bus 590 unit.

Sementara lokasi yang dipilih dan menjadi target ekspansi di Jadetabek, Surabaya, Bali, Bandung dan Palembang. Purnomo Prawiro, Presiden Direktur BIRD berharap, dengan adanya ekspansi, Blue Bird berharap bisa menaikkan pendapatan dan laba bersih di atas 20% per tahun.

Hingga empat bulan pertama 2014, BIRD telah membukukan pendapatan Rp 1,47 triliun, naik 31,6% secara year-on-year (yoy). Reguler taksi masih sebagai penyumbang terbesar dengan porsi 81% setara Rp 1,19 triliun.

Bayar utang

Nah sebesar 53,04% dana IPO BIRD untuk membayar utang. Porsi pembayaran utang ini lebih besar dari sebelumnya. Awalnya BIRD hanya menganggarkan 35,71% untuk membayar utang. "Kami fokuskan untuk pelunasan utang, karena kami ingin memiliki keuangan yang sehat," ujar Robert.

Tak hanya secara operasional bisnis makin moncer. BIRD berharap pasca IPO, rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) akan menyusut. Yakni dari 1,86 kali menjadi 1,1 kali.

Robert beralasan BIRD akan melunasi utang bank Rp 1,2 triliun dari posisi saat ini Rp 3 triliun. Utang tersebut berasal dari pinjaman BCA Rp 400 miliar. Kredit investasi dari sindikasi  Bank Permata, Bank DBS, Bank Bukopin, Bank CIMB Niaga, Bank ANZ Indonesia, BCA dan Bank OCBC NISP senilai Rp 817,39 miliar.  

Namun akibat kenaikan porsi pembayaran utang, porsi modal kerja harus dihilangkan dari rencana awal. Manajemen beralasan saat ini, masih memiliki fasilitas pinjaman.

Saat ini BIRD masih memiliki fasilitas kredit yang siap ditarik sebesar Rp 600 miliar. "Ada yang akan kami tarik dalam waktu dekat, tapi penarikan tak dilakukan sekaligus," kata Robert.

Tahun ini, BIRD anggaran belanja modal Rp 688 miliar. Dana tersebut untuk ekspansi vehicles dan equipment Rp 592 miliar, penambahan lahan Rp 34 miliar dan lainnya Rp 62 miliar.

BIRD juga punya strategi khusus untuk menghadapi beberapa risiko eksternal seperti rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Andre Djokosoetono, Direktur BIRD menggambarkan, jika tahun lalu pernah menaikan tarif taksi 22% karena harga BBM bersubsidi naik 40%. Yakni dari Rp 4.500 liter menjadi Rp 6.500 per liter.

Jika tahun ini pemerintah jadi menaikkan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 menjadi Rp 9.500 atau naik 46%. Maka, BIRD akan menaikan tarif di atas 22%.

Menurut Andre, kenaikan tarif tersebut akan diajukan dan dibahas melalui mekanisme Organisasi Angkutan Daerah (ORGANDA). Sementara tarif baru taksi akan diimplementasikan setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. "Biasanya, tarif baru akan diberlakukan satu-dua bulan setelah harga naik," ujar Andre.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×