Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Faktor lain adalah rantai distribusi emas yang masih panjang dan kurang efisien. Dalam praktiknya, penjualan melibatkan banyak pihak, mulai dari gerai resmi, toko perhiasan, hingga penjual individu di platform daring seperti grup WhatsApp.
“Gerai resmi menjadi acuan harga, tetapi reseller biasanya menambahkan margin untuk menutup biaya logistik, keamanan, dan keuntungan,” tuturnya.
Saat permintaan tinggi, margin ini bisa melonjak karena pembeli rela membayar lebih demi mendapatkan emas tanpa menunggu lama.
Dengan demikian, harga di pasar mencerminkan kemauan pembeli membayar lebih (willingness to pay), bukan peningkatan nilai emas itu sendiri.
Baca Juga: Tabel Harga Emas Antam 20 Okt 2025 - Semua Ukuran Turun 0,5% Sehari
Perilaku spekulatif dan efek FOMO
Perilaku spekulatif masyarakat yang terdorong rasa takut tertinggal momentum (fear of missing out atau FOMO) juga menjadi penyebabnya.
“Banyak orang percaya harga emas akan terus naik, sehingga rela membeli dengan harga berapa pun asalkan mendapatkan emas fisik,” ujar Rijadh.
Situasi ini diperkuat oleh pemberitaan tentang lonjakan harga emas global akibat ketegangan geopolitik dan pelemahan dolar AS.
Ketika masyarakat yakin harga tidak akan turun lagi, pasar menjadi emosional, dan sebagian penjual memanfaatkan kondisi itu dengan menaikkan harga setinggi mungkin.
Tonton: Emas Tembus US$4.378! HSBC Sebut Bisa Tembus US$ 5.000 Apa Selanjutnya?
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Mengapa Jual Emas di Pasaran Bisa Jauh Lebih Tinggi dari Harga Resmi?"
Selanjutnya: Kinerja PTBA Berpeluang Pulih, Simak Rekomendasi Sahamnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News