kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga produk Hexindo tak akan pengaruhi kinerja


Selasa, 07 Agustus 2018 / 21:51 WIB
Kenaikan harga produk Hexindo tak akan pengaruhi kinerja
ILUSTRASI. Hexindo


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh bagi bisnis emiten alat berat. Salah satunya adalah PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) yang terkena dampak nilai tukar karena sejumlah komponen masih dipasok melalui impor.

Chief Marketing Officer HEXA Djonggi Gultom turut membenarkan hal tersebut. Namun ia menyatakan pihaknya terus berusaha meningkatkan local content dari tahun ke tahun untuk mengurangi beban impor dari luar negeri seperti Jepang.

"Saat ini local content kita sudah 30 persen. Bahkan kita sudah bisa memproduksi chasis sendiri dan diekspor ke Jepang. Barang-barang yang masih diimpor dari Jepang cuma komponen-komponen critical," jelasnya, Selasa (7/8).

Djonggi juga bilang untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, HEXA turut melakukan penyesuaian harga dengan konsumen dan sejauh ini masih dapat diterima oleh pasar.

"Jadi kinerja HEXA tidak terpengaruh dengan kenaikan harga produk karena kami turut mendapat sentimen positif dari kenaikan harga komoditas dan batubara," ungkapnya.

Selain itu ia juga bilang rencana pemerintah untuk mencabut aturan soal kewajiban pemenuhan batu bara khusus dalam negeri alias Domestic Market Obligation (DMO) akan menjadi katalis positif bagi perusahaannya.

Dus, Djonggi optimis kinerja HEXA di tahun ini akan lebih baik dibanding tahun 2017. Pasalnya, sejak awal tahun 2018 permintaan alat berat meningkat dengan pencapaian penjualan 500 unit unit alat berat dari target 2.000 unit di akhir tahun. Tahun lalu manajemen HEXA memasang target penjualan sebanyak 1.300 dengan realisasi penjualan 1.500 unit. "Jadi kami sangat optimis target 2.000 unit bisa tercapai," ungkapnya.

Bahkan Djonggi bilang pihak sampai kewalahan dengan makin bertambahnya permintaan terhadap alat berat baik dari sektor tambang maupun sektor infrastruktur. Pasalnya, target 2.000 unit merupakan kapasitas supply dari pabrik HEXA dan besaran tersebut masih belum mampu memenuhi demand dari konsumen yang bisa mencapai 3.000 unit pada tahun ini.

Maka lanjut Djonggi, strategi yang dilakukan perusahaannya adalah dengan menawarkan jasa service sparepart kepada para pelanggannya. "Hal ini terbukti cukup membantu kinerja keuangan kami pada awal tahun ini," terangnya.

HEXA meraup penghasilan bersih sebesar US$ 343,23 juta selama April 2017-Maret 2018 atau naik 14,70% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 299,25 juta. Sebagai informasi, HEXA menggunakan tahun pelaporan yang dimulai pada 1 April.

Berdasarkan laporan keuangan HEXA, lonjakan penghasilan bersih sepanjang April 2017-Maret 2018 berasal dari penjualan alat berat. Segmen pendapatan ini melonjak 21,80% menjadi US$ 187,14 juta hingga akhir Maret 2018 jika ketimbang tahun sebelumnya US$ 153,64 juta.

Seiring dengan meningkatnya penghasilan bersih, beban pokok penghasilan HEXA juga meningkat 12,07% menjadi US$ 272,71 juta dari beban pokok penghasilan pada periode April 2016 sampai Maret 2017 sebesar US$ 243,33 juta. Laba bruto HEXA pada 2017 sebesar US$ 70,50 juta atau meningkat 26,11% daripada tahun sebelumnya US$ 55,90 juta.

HEXA menorehkan laba tahun berjalan US$ 22,55 atau meningkat 24,80% ketimbang tahun sebelumnya US$ 18,07 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×