Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pergerakan harga minyak mentah pekan ini masih dipengaruhi pertanyaan Bank Sentral AS tentang kenaikan suku bunga. Rencananya pada Kamis (19/1) dan Jumat (20/1) pejabat The Fed termasuk Gubernur Bank Sentral Janet Yellen akan mengeluarkan pernyataan menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) akhir bulan nanti.
“Kita lihat apakah pidato pejabat The Fed akan menjelaskan kebijakan moneter atau tidak,” ujar Nanang Wahyudi, analis PT Finnex Berjangka kepada Kontan, Senin (9/1).
Kalau dalam penyataannya disinggung mengenai kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC akhir bulan nanti maka itu bisa mendorong penguatan dollar AS. Dengan menguatnya greenback maka otomatis harga komoditas akan mengalami tekanan.
Di lain pihak menurut Deddy, pasar juga masih menanti pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump pada 20 Januari nanti. Setelah resmi dilantik baru akan diketahui secara pasti bagaimana arah kebijakan AS. Menjelang inagurasi tersebut kemungkinan harga minyak akan berada di kisaran US$ 52 – US$ 55 per barel.
“Belum ada hal yang akan membuat harga minyak untuk naik lebih dari US$ 55 per barel,” terangnya.
Asal tahu saja, mengutip Bloomberg pada Senin (9/1) pukul 19.20 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Februari 2017 di New York Mercantile Exchange terkoreksi 1,82% ke level US$ 53,70 per barel dibanding hari sebelumnya. Namun selama sepekan terakhir harga minyak masih menguat sekitar 2,62%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News