Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mendingin usai mencetak tertingginya di level US$ 91,30/bbl pada September lalu. Per Jumat (3/11) pada pukul 18.59 WIB, harga minyak dunia berada di posisi US$ 82,93/bbl.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, sampai saat ini belum ada tanda-tanda apabila akan terjadi gangguan pasokan oleh tensi geopolitik di Timur Tengah. Apalagi Saudi berjanji untuk memastikan supply apabila terjadi gangguan pasokan.
"Tentunya apabila tidak ada gangguan, maka akan negatif untuk harga minyak yang sekarang telah kembali ke level pra-konflik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).
Baca Juga: Gejolak Harga Minyak Memicu Kenaikan Inflasi
Meski begitu, faktor musim dingin diharapkan akan mendukung harga. Namun, ada beberapa perkiraan apabila musim dingin kali ini akan lebih hangat.
Selain itu, prospek permintaan yang masih lemah oleh data-data ekonomi yang lebih lemah terutama sektor manufakturing China dan Amerika Serikat (AS). Kemudian, dolar AS yang kuat juga menekan harga minyak, dan yang paling utama kebijakan produksi OPEC+.
Lukman memperkirakan harga minyak dunia akan berada di level US$ 85/bbl di akhir tahun. "Sementara di tahun, apabila bank sentral mulai menurunkan suku bunganya yang bisa mendorong pertumbuhan perekonomian, maka harga minyak akan bullish dan saya perkirakan akan di atas US$ 90 - US$ 100/bbl," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News