Reporter: Barly Haliem, Cindy Silviana Sukma, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Meski opsi kenaikan harga BBM subsidi mungkin baru diambil pemerintahan baru pimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla, kalangan pasar modal mulai menghitung efek kebijakan itu terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Sejumlah analis yang dihubungi KONTAN berpendapat kenaikan harga BBM bersubsidi bukan lagi pilihan, tapi sudah menjadi keharusan.
"Yang dinanti-nanti pasar adalah tindakan tegas dan jelas soal harga BBM. Justru kalau sekarang tidak naik, itu menjadi sentimen negatif dan selamanya membebani APBN kita," ungkap Tom Lembong, pendiri dan CEO Quvat Capital, private equity fund di Singapura. Menurut dia, pasar akan puas jika harga BBM naik bertahap sehingga mencapai harga ekonomis dalam tiga empat tahun.
Subsidi energi dinilai terlalu besar dan kurang tepat sasaran lantaran lebih banyak dirasakan orang kaya. Analis menilai dana subsidi BBM sebaiknya dialihkan ke pengembangan infrastruktur yang memang menjadi masalah klasik di Indonesia.
Lantas, bagaimana efek kenaikan BBM terhadap IHSG? Hans Kwee, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi tentu memicu lonjakan inflasi. Soalnya, kebijakan non-populis itu pasti bakal menimbulkan efek domino, misalnya mendongkrak harga barang kebutuhan pokok maupun biaya transportasi. Bank Indonesia biasanya merespons lonjakan inflasi dengan mengerek suku bunga acuan (BI rate).
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia melihat, kenaikan harga BBM akan menekan beberapa sektor saham, seperti barang konsumsi, ritel dan bank.
Di jangka pendek, emiten di tiga sektor itu akan diterpa sentimen negatif akibat penurunan daya beli konsumen maupun tingginya bunga simpanan yang mesti ditawarkan demi menarik dana nasabah.
Dampak negatif itu harus segera dikompensasi pemerintah dengan memacu pembangunan infrastruktur. Reza Nugraha, analis MNC Securities menyatakan, investor membutuhkan jaminan dari pemerintah bahwa dana hasil pengurangan subsidi BBM memang segera dialihkan ke sektor lain, terutama infrastruktur dan pendidikan.
Pembangunan dua bidang ini dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang. "Ini yang harus dijamin pemerintah, karena pengalaman sebelumnya, setelah menaikkan harga BBM bersubsidi, pembangunan infrastruktur tetap melempem," jelas Reza.
William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities menebak, sentimen negatif kenaikan harga BBM terhadap IHSG hanya terjadi dalam jangka pendek, yakni satu dua bulan.
Soalnya, investor pasar modal pada dasarnya mengharapkan pemerintah segera menaikkan harga BBM bersubsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News