kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kenaikan dana kelolaan fixed income paling tinggi


Rabu, 20 Desember 2017 / 20:11 WIB
Kenaikan dana kelolaan fixed income paling tinggi


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan eksadana pendapatan mencatatkan pertumbuhan tertinggi pada November 2017. Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap per November mencapai Rp 99,3 triliun, tumbuh 3,51% secara month on month (mom).

Sementara itu, sepanjang tahun berjalan alias year to date, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap mencatatkan kenaikan 51,03%, dan menempati urutan kedua setelah reksadana pasar uang.

Namun, secara keseluruhan hingga November 2017, jumlah dana kelolaan reksadana saham tetap yang paling besar yaitu mencapai Rp 123,2 triliun.

Edbert Suryajaya, Head of Reseacrh & Consulting Services Infovesta Utama mengatakan, ada beberapa penyebab pertumbuhan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap melonjak jelang akhir tahun. Pertama, investor institusi berlomba-lomba memenuhi kewajiban yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1 tentang investasi Surat Berharga Negara (SBN) bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.

"Banyak yang memanfaatkan reksadana pendapatan tetap untuk memenuhi peraturan tersebut dan melalui reksadana pajaknya lebih kecil dibanding jika membeli langsung SBN," kata Edbert, Rabu (20/12).

Kedua, kenaikan nilai investasi di SBN tahun ini cukup tinggi. Hal ini membuat investor ritel tertarik dengan rekadana berbasis obligasi. "Imbal hasil obligasi juga sudah double digit, ini berdampak positif bagi reksadana pendapatan tetap, dan investor ritel mulai tertarik pada reksadana jenis ini," papar Edbert.

Sebelumnya, beberapa tahun lalu, investor lebih menyukai reksadana saham dan terproteksi. Namun, karena return dalam satu hingga dua tahun terakhir, reksadana pendapatan tetap cukup, baik investor ritel jadi tertarik.

Edbert memproyeksikan seiring dengan kinerja reksadana pendapatan tetap di 2018 yang tidak akan setinggi pencapaian kinerja di 2017, maka pertumbuhan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga tidak akan setinggi tahun ini.

Sentimen yang mempengaruhi adalah suku bunga dalam negeri sudah rendah dan kemungkinan penurunan suku bunga di 2018 terbilang kecil. Apalagi, The Fed sudah menaikkan suku bunga, dan ada kemungkinan menaikkan kembali di 2018.

Selain itu, pergerakan yield obligasi juga sudah cukup rendah. "Dibandingkan dengan negara tetangga dengan rate yang sama sekarang yield kita sudah tidak semenarik seperti di awal 2017," kata Edbert.

Kenaikan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga dirasakan Bahana TCW Investment Management. Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan, reksadana pendapatan tetap naik signifikan karena adanya subscription dari klien institusi di Bahana. "Mungkin mereka ingin mencapai pemenuhan peraturan OJK," kata Soni.

Untuk 2018, Soni memprediksikan pertumbuhan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap tidak akan setinggi tahun ini. Tantangannya adalah kondisi makroekonomi yang kurang menguntungkan untuk institusi finansial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×