kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   11.000   0,58%
  • USD/IDR 16.358   57,00   0,35%
  • IDX 7.287   95,00   1,32%
  • KOMPAS100 1.038   11,82   1,15%
  • LQ45 788   8,41   1,08%
  • ISSI 242   4,64   1,96%
  • IDX30 408   5,59   1,39%
  • IDXHIDIV20 466   2,70   0,58%
  • IDX80 117   1,36   1,18%
  • IDXV30 118   0,01   0,01%
  • IDXQ30 130   1,58   1,23%

Kenaikan bahan baku gencet kinerja MYOR


Senin, 10 November 2014 / 21:33 WIB
Kenaikan bahan baku gencet kinerja MYOR
ILUSTRASI. Fasilitas produksi perusahaan pemasok komponen Grup Astra, PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP). Pendapatan Isra Presisi (ISAP) Naik 28% pada 2022 Menjadi Rp 20,93 Miliar


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Rupiah terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), membuat pelaku industri cemas. Apalagi bagi PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang 40% bahan baku impor.

Akibatnya, MYOR harus mengerek harga agar margin tetap terjaga. Andre Sukendra Atmadjaya, Direktur Utama MYOR pernah mengatakan, tahun ini akan menaikkan harga 5%-15%. Kenaikan harga dilakukan bertahap agar daya serap konsumen tak surut.

Manajemen MYOR memaparkan, kenaikan harga terjadi di beberapa lini seperti harga susu yang naik 50%, harga kopi naik 25%, dan minyak kelapa naik 50%.

Kiswoyo Adi Joe, Analis Investa Saran Mandiri mengatakan, kenaikan harga tak berpengaruh bagi kinerja MYOR. "Tak hanya MYOR yang menaikan harga, para pesaingnya pun juga," jelas dia. Kenaikan harga pun dinilai tepat karena menyelamatkan margin.  

Analis Mandiri Sekuritas, Herman Koeswanto dalam riset November memaparkan,  meski sudah menaikkan harga  5% pada Juli-Agustus margin pada pada produk makanan manis (confentionaries) dan segmen kopi tertekan hebat. Dia menyebutkan, margin EBIT segmen confentionaries hanya 0,5% di semester I tahun ini.

Padahal tahun lalu margin EBIT segmen ini masih 9% pada periode yang sama. "Kenaikan harga jual 5% sepertinya gagal membantu kinerja di kuartal III tahun ini untuk kembali pulih," ujar dia.

Herman pun melihat, MYOR persaingan bisnis segmen permen cukup ketat membuat MYOR kehilangan kekuatan saat menaikkan harga.

Sementara pada segmen kopi juga terjadi kondisi yang sama. Margin EBIT menjadi negatif 0,2% dari sebelumnya 3,6% pada kuartal II-2013.

Akibatnya, kas setara kas MYOR menurun dari akhir 2013 Rp 1,86 triliun menjadi Rp 1,16 triliun di kuartal III-2014. "Ini karena kas operasi yang melemah akibat pinjaman modal kerja. 2014, tahun yang penuh tantangan bagi MYOR," ujar Herman.

Akibatnya kinerja MYOR jauh dari target konsensus analis. Herman bilang laba bersih Rp 250 miliar hanya memenuhi 33% dari proyeksi hingga akhir tahun.

Menurut Herman ada tiga penyebab penurunan laba bersih. Pertama, kenaikan pendapatan 12,5% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 10,56 triliun. Kedua, beban pokok penjualan MYOR tumbuh lebih besar yakni 36,8% secara yoy menjadi Rp 8,81 triliun. Ketiga, MYOR menderita rugi selisih kurs Rp 37 miliar dari sebelumnya untung kurs Rp 209 miliar.

Sejatinya MYOR telah meluncurkan produk baru di segmen permen, Juizy Milk. Produk ini dapat memacu pertumbuhan penjualan segmen permen di atas 15%.

MYOR berharap penjualan bisa tumbuh 15%-17%. Namun, laba bersih akan turun 20% - 25% menjadi Rp 800 miliar akibat kenaikan bahan baku dan rugi kurs.

Kiswoyo memperkirakan pendapatan MYOR akan tumbuh 5%-10% di tahun ini. Sedangkan, Herman memperkirakan pendapatan MYOR tahun ini Rp 14,29 triliun tumbuh 18,88% dari tahun lalu Rp 12,02 miliar. Sedangkan laba bersih turun menjadi Rp 441 miliar dari Rp 997 miliar.

Herman menyarankan, netral di Rp 26.500. David  N Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital dan Kiswoyo merekomendasikan hold dengan target di Rp 30.000 dan Rp 32.000. Senin, (10/11) harga MYOR naik 1,16% ke Rp 26.200.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×