Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah terpantau menguat signifikan hingga perdagangan siang hari ini, Selasa (30/1). Mengutip Bloomberg pukul 12.00 WIB, rupiah menguat sekitar 0,15% ke level Rp 15.787 per dolar AS dari posisi penutupan kemarin Rp 15.810 per dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa rupiah hari ini berpotensi menguat terhadap dolar AS. Rupiah diperkirakan bergerak rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 15.780 - Rp 15.840 per dolar AS pada Selasa (30/1).
Ibrahim menjelaskan, investor saat ini tengah bersiap untuk serangkaian data ekonomi penting AS seperti data non-farm payrolls untuk bulan Januari dan peristiwa penting yang dipimpin oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), serta pengumuman pengembalian dana Departemen Keuangan.
Laporan terakhir ini akan menguraikan persyaratan pinjaman pemerintah AS untuk kuartal mendatang. Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) meningkat 0,2% bulan lalu setelah penurunan 0,1% yang tidak direvisi pada bulan November.
Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat ke Rp 15.787 Per Dolar AS Pada Tengah Hari Ini (30/1)
Sementara itu, ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga terus turun. Pasca data inflasi, pasar berjangka suku bunga AS memperhitungkan peluang pelonggaran sekitar 47% pada pertemuan bulan Maret, turun dari probabilitas 51% pada Kamis malam, dan peluang 80% yang diperhitungkan pada dua minggu lalu.
“Pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pertama yang akan terjadi pada pertemuan bulan Mei, dengan probabilitas sekitar 90%, turun sedikit dari Kamis malam, yaitu sebesar 94%. Sekitar lima penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin telah diperkirakan pada tahun ini,” ungkap Ibrahim dalam risetnya, Senin (29/1).
Dari domestik, Ibrahim mencermati bahwa rupiah tetap didukung optimisme pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai di atas 5%. Tahun ini perekonomian Indonesia diramal akan semakin tinggi dan jauh dari kata resesi, walaupun gejolak geopolitik terus memanas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News