Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diyakini masih cerah, salah satunya didorong oleh kemajuan proyek pabrik pengolahan (smelter) feronikel. INCO bersama dua mitra kerja, yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai), telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi pada akhir bulan lalu.
Ketiganya akan akan membentuk perusahaan patungan atau joint venture untuk membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace.
Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menyebut, kerjasama ini adalah progres yang signifikan untuk proyek smelter Bahodopi yang telah lama ditunggu-tunggu. Smelter ini direncanakan akan menghasilkan 73.000 metrik ton nikel per tahun dengan menggunakan teknologi tanur listrik rotary.
Harga nikel yang menjadi dagangan utama INCO juga diyakini masih cukup cerah di sisa tahun ini. Salah satu pendorongnya adalah produksi baja nirkarat (stainless steel) di China. Produksi baja anti karat di Negeri Panda ini tercatat telah naik dari titik terendah sebesar 1,9 juta ton di Februari menjadi 2,3 juta ton di Mei 2021.
Baca Juga: Harga nikel diprediksi solid hingga akhir tahun, simak rekomendasi saham berikut
Di sisi lain, produksi nickel pig iron (NPI) China menurun secara signifikan sejak September 2020, yakni sebesar 38.900 ton, akibat adanya larangan ekspor bijih nikel Indonesia dan penutupan tambang Filipina yang terjadi baru-baru ini.
Rusia juga berencana untuk mengenakan pajak ekspor nikel sebesar 15% untuk mengekang harga nikel domestik. Untuk diketahui, Rusia menyumbang 10% dari cadangan nikel global.
Bersama dengan larangan ekspor bijih nikel Indonesia, penutupan tambang di Filipina, serta aksi mogok kerja yang terjadi di tambang Vale Sudbury. Ini akan memberikan sentimen positif terhadap harga nikel dalam jangka pendek. “Kami mempertahankan asumsi harga nikel rata-rata 2021-2022 pada level US$ 17.000 per ton dan US$ 18.000 per ton,” tulis Thomas dalam riset, Rabu (14/7).
Ciptadana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp 6.700 per saham. Potensi downside saham INCO antara lain ketidakstabilan harga nikel, pelonggaran pembatasan ekspor bijih nikel oleh pemerintah, serta penundaan pembangunan kembali tungku (furnace) 4 yang berkepanjangan sehingga berdampak negatif pada volume produksi.
Baca Juga: Simak prospek dan rekomendasi saham tambang mineral berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News