kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kekhawatiran penyebaran virus corona membuat harga minyak Brent berbalik melemah


Kamis, 13 Februari 2020 / 13:23 WIB
Kekhawatiran penyebaran virus corona membuat harga minyak Brent berbalik melemah
ILUSTRASI. Harga minyak masih dibayangi penyebaran virus corona yang semakin tak terkendali


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Harga minyak mentah bergerak variasi di tengah kekhawatiran penurunan permintaan minyak lebih dalam akibat virus corona.

Mengutip Reuters, Kamis (13/2) pukul 13.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent pada kontrak pengiriman April 2020 di ICE Futures berbalik arah setelah turun 8 sen, atau 0,1%, menjadi $ 55,71 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2020 di Nymex naik 7 sen, atau 0,1%, menjadi $ 51,24 per barel. 

Padahal, minyak Brent naik 3,2% pada hari Rabu lalu karena pelambatan dalam kasus virus corona baru China sehingga meningkatkan harapan pemulihan permintaan.

Baca Juga: Ekspektasi pengurangan produksi membuat harga minyak mendidih

Namun, Provinsi Hubei, pusat wabah, mengatakan, hari ini jumlah kasus baru yang dikonfirmasi di sana melonjak 14.840 hingga menyentuh 60.000 dan kematian naik dengan catatan harian 242 menjadi 1.310, yang mencerminkan perubahan pada metodologi diagnostik.

Permintaan minyak di China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah jatuh karena pembatasan perjalanan ke dan dari negara dan karantina di dalamnya. 

Perusahaan penyulingan minyak, China National Chemical Corp, hari ini mengatakan akan menutup pabrik yang miliki kapasitas 100.000 barel per hari dan memotong pengolahan di dua pabrik lainnya di tengah penurunan permintaan bahan bakar.

"Reli minyak kehilangan momentum setelah China melaporkan lonjakan yang cukup besar dalam kasus virus baru," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip Reuters.




TERBARU

[X]
×