kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.850   25,00   0,16%
  • IDX 7.114   -85,89   -1,19%
  • KOMPAS100 1.086   -16,05   -1,46%
  • LQ45 857   -16,69   -1,91%
  • ISSI 217   -2,23   -1,02%
  • IDX30 439   -9,02   -2,02%
  • IDXHIDIV20 526   -12,72   -2,36%
  • IDX80 124   -1,94   -1,54%
  • IDXV30 127   -5,04   -3,83%
  • IDXQ30 145   -3,06   -2,06%

Kekhawatiran independensi BI memudar, Indonesia Composite Bond Index capai rekor


Rabu, 14 Oktober 2020 / 17:46 WIB
Kekhawatiran independensi BI memudar, Indonesia Composite Bond Index capai rekor
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi kembali berkinerja unggul seiring meredanya kekhawatiran pelaku pasar pada Rancangan Undang-Undang (RUU) Bank Indonesia (BI) yang tadinya berpotensi mengganggu independensi lembaga tersebut.

Kinerja pasar obligasi yang unggul ini tercermin dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI), Selasa (13/10), yang menguat ke level tertinggi sepanjang masa di level 297,39. 

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan pasar obligasi bergerak rally dalam sepekan terakhir karena mendapat katalis positif dari pernyataan pemerintah yang memastikan bahwa BI akan tetap independen dalam menjalankan fungsinya. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warijiyo juga sempat menegaskan dan menjamin independensi BI dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 

Baca Juga: Butuh modal kerja, Chandra Asri Petrochemical (TPIA) terbitkan obligasi Rp 600 miliar

"Sejatinya pasar obligasi mampu untuk terus tumbuh, tetapi beberapa waktu lalu memang sempat terkoreksi karena adanya polemik RUU BI, tetapi sudah adanya kepastian independensi BI menjadi katalis positif buat pasar obligasi," kata Yudha, Rabu (14/10). 

Selain itu, sentimen lain yang menyokong pertumbuhan kinerja pasar obligasi adalah perkembangan pengadaan vaksin. 

Analis Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Lili Indarli menambahkan ICBI bergerak posotif karena terbantu dari respons positif pelaku pasar pada kembalinya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. 

Namun, Lili mengatakan pertumbuhan positif pasar obligasi berpotensi terganggu oleh fokus pelaku pasar pada pandemi dan dampak ekonomi yang ditimbulkan, baik dalam negeri maupun global. 

"Terlebih IMF kembali merevisi proyeksi ekonomi Indonesia di tahun ini jadi semakin terkontraksi," kata Lili. 

Meski begitu, Lili melihat peluang bagi pasar obligasi untuk tumbuh tetap ada di sisa tahun ini. Apalagi jika ternyata kandidat tiga vaksin yang rencananya akan tersedia di bulan depan terbukti efektif menahan laju peningkatan kasus Covid-19 di dalam negeri. 

"Pelaku pasar perlu mencermati dan sealu mengikuti perkembangan vkasin secara global," kata Lili. 

Selain itu, hasil pilpres di Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi kinerja pasar obligasi. Jika hasil pilpres AS memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global otomatis akan menjadi amunisi bagi pasar obligasi Indonesia. 

Sementara, Yudha optimistis pasar obligasi hingga akhir tahun masih berpotensi untuk tumbuh. Sentimen pendukung datang dari spread yield obligasi pemerintah dengan yield US Treasury cukup lewar, begitu pun spread yield dengan inflasi. 

"Fiskal Indonesia juga kuat, pelebaran defisit tidak besar, lembaga ekonomi internasional juga memproyeksikan perbaikan ekonomi Indonesia bisa berlangsung lebih cepat dari negara lain karena Indonesia memiliki tingkat konsumsi dalam negeri yang tinggi," kata Yudha. 

Alhasil hingga tahun depan, Yudha fokus menjadikan obligasi pemerintah sebagai pilihan portofolio dibanding obligasi korporasi. Penyebabnya, pertumbuhan obligasi pemerintah lebih cepat dan likuid dibanding obligasi korproasi. 

Baca Juga: FIF andalkan angsuran nasabah untuk membayar obligasi jatuh tempo

Selain itu, obligasi pemerintah tidak memiliki risiko gagal bayar. Sementara, risiko gagal bayar obliagsi korporasi cenderung meningkat di tengah pandemi. 

"Vaksin memang sudah ditemukan tetapi pendistribusiannya memerlukan waktu, beberapa sektor bisnis yang mengeluarkan obligasi masih perlu diwaspadai, apalagi jika tidak memiliki dukung grup bisnis yang kuat," kata Yudha. 

Hingga akhir tahun, Yudha memproyeksikan yield obligasi tenor 10 tahun berpotensi turun ke 6,25%.

Selanjutnya: Pekan ini, dua obligasi dan dua sukuk ijarah tercatat di bursa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×