Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menambah tarif terhadap US$ 200 produk impor dari China dan guncangan pada perekonomian Turki dan Argentina kembali mengangkat pamor yen sebagai mata uang safe haven. Sementara, mata uang poundsterling gagal mempertahankan tenaganya dan susut terhadap yen di tengah minimnya sentimen.
Mengutip Bloomberg, Jumat (31/8), pasangan mata uang GBP/JPY ditutup melemah 0,32% ke level 143,918. Padahal, dua hari sebelumnya, GBP/JPY sempat berjaya menyentuh level 145,479,
Analis Monex Investindo Futures Faisyal, mengatakan, pergerakan GBP/JPY didominasi oleh penguatan yen di tengah sentimen yang mendorongnya sebagai aset safe haven. Tambah lagi, Core Counsumer Price Index Tokyo tercatat tumbuh 0,9% secara tahunan sepanjang Agustus, melebihi ekspektasi ekonom yaitu tumbuh 0,8%. Indeks ini merupakan salah satu indikator utama sebelum indeks CPI nasional Jepang yang menjadi acuan tingkat inflasi dirilis pada bulan depan.
Sementara, poundsterling yang sempat menguat, menurut Faisyal kini bergerak datar lagi. "Pergerakan poundsterling yang flat mungkin disebabkan oleh sikap wait and see investor menjelang pertemuan kepala negosiator Uni Eropa dan Menteri Brexit Inggris untuk membahas kesepakatan jelang Brexit," kata Faisyal, Jumat (31/8).
Secara teknikal, Faisyal melihat, harga GBP/JPY saat ini masih bergerak di bawah garis MA 50, MA 100, maupun MA 200. Indikator MACD juga masih berada di area negatif pada level -0,2401.
Sementara, indikator RSI dan Stochastic masing-masing bergerak turun dari area overbought ke level 60,32 dan 68,22. "Secara tren, GBP/JPY masih berpotensi terus turun," kata Faisyal.
Untuk itu, Senin (3/9), ia masih memberi rekomendasi sell on rally untuk pasangan GBP/JPY. Ia memproyeksi harga pairing ini akan bergerak dalam rentang support 143,20 - 142,40 - 141,00 dan resistance 44,90 - 145,70 - 146,90.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News