Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) akan segera membangun pabrik baru untuk pakan ternak dan pembibitan ayam. Demi ekspansi itu, MAIN menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 500 miliar, naik 25% dari belanja modal tahun lalu.
Rudy Hartono, Sekretaris Perusahaan MAIN menjelaskan, pabrik pakan ternak itu berlokasi di Semarang dan Makassar. Pabrik di Semarang bakal beroperasi penuh pada kuartal III tahun ini. Pabrik itu memiliki kapasitas 360.000 ton per tahun.
Sementara pabrik pakan ternak di Makassar baru akan dibangun pada kuartal IV. Kapasitasnya akan naik bertahap, mulai dari 240.000 ton menjadi 360.000 ton. Rudy bilang, masing-masing pabrik memiliki nilai investasi Rp 200 miliar. Sehingga kapasitas produksi MAIN akan melonjak 50% dari kapasitas saat ini 900.000 ton per tahun.
MAIN juga akan memperluas kapasitas pabrik pembibitan (breeding farm) di Sumatera dan Kalimantan, dengan nilai investasi Rp 100 miliar. "Saat ini belanja modal sudah terserap 40% untuk pembangunan pabrik di Semarang," ujar Rudy, Selasa (17/6).
Pendanaan ekspansi MAIN dari penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD). Belum lama ini, perseroan ini menerbitkan 95 juta saham baru dengan harga Rp 3.500 per saham.
Dari aksi itu, MAIN meraup dana segar Rp 336 miliar. Pembeli siaga aksi private placement adalah perusahaan investasi, Ginger Company Limited dan Peak Team Company Limited.
Sebagian besar hasil penerbitan saham baru itu diinvestasikan untuk belanja modal. MAIN juga akan memenuhi capex dari pinjaman perbankan. MAIN kini menjajaki beberapa bank untuk mencari dana Rp 250 miliar.
Rudi berharap, tambahan kapasitas produksi bisa meningkatkan penjualan MAIN 15%-20%. Tahun lalu, MAIN mencetak pendapatan Rp 4,2 triliun. Dia tak bisa mengungkap target laba bersih tahun ini. Tahun lalu laba bersih MAIN turun 20% jadi Rp 241,63 miliar karena rugi kurs.
Laba bersih MAIN makin menyusut di kuartal I tahun ini. Karena rugi kurs yang meningkat hingga enam kali lipat, laba bersih MAIN di kuartal I turun 26% jadi Rp 58,2 miliar secara year on year. Namun, MAIN berharap berkah dari momentum Lebaran. "Biasanya, permintaan di Lebaran melonjak 15%," ujar dia.
Jajaki ekspor ke Jepang
Selain mengembangkan produksi di dalam negeri, MAIN bakal melebarkan sayapnya ke Jepang. Perseroan ini akan mengekspor produk makanan olahan. Rewin Hanrahan, Direktur MAIN mengatakan, tengah bernegosiasi dengan pemerintah Jepang untuk mendistribusikan produk.
"Kami pilih Jepang karena konsumsi chicken nugget-nya paling besar," ujar Rewin. MAIN mulai menggarap bisnis hilir makanan olahan berupa sosis dan nugget pada kuartal I-2013. Saat ini, kontribusi bisnis makanan olahan belum signifikan.
Tahun ini MAIN juga terkendala pelemahan rupiah dan lonjakan harga bahan baku. Meski mulai menggunakan produk jagung lokal, MAIN masih mengimpor kacang kedelai. Dus, beban pokok penjualan MAIN naik.
Kini MAIN juga mulai lindung nilai alias hedging terhadap 40% utang dollar. Harapannya, margin laba bersih bisa kembali pulih.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, pangsa pasar MAIN masih kalah saing. Apalagi, ekspansi MAIN di bisnis hilir masih terbilang anyar. "MAIN harus efisiensi," ujar dia,
Meski pendapatan MAIN masih tumbuh 15% di tahun ini. Tapi, Reza memproyeksikan laba bersih bisa turun tipis lantaran rupiah melemah. Karena itu, dia merekomendasikan, hold di Rp 2.700. Saham MAIN turun 0,36% ke Rp 2.790, Selasa (17/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News