Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Mayoritas bursa AS ditutup melorot kemarin malam. Pada pukul 16.00 waktu New York, Standard & Poor's 500 Index turun 0,3% menjadi 1.320,88. Dengan demikian, indeks S&P melorot dari level penutupan tertinggi sejak Juni 2008 lalu. Sementara, indeks Dow Jones hanya naik tipis 0,06% menjadi 12.239,89.
Pelaku pasar rupanya cemas kalau kenaikan inflasi bakal mendorong biaya kredit. Kecemasan kian menjadi-jadi seiring dengan melonjaknya harga biji-bijian seperti gandum dan kedelai ke level tertinggi sejak 2008. Sementara, posisi dollar melemah dan yield surat utang pemerintah mengalami rebound.
Rupanya, ekspektasi pasar terkait inflasi dunia kian tinggi setelah bank sentral China menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 basis poin beberapa waktu lalu. Selain itu, harga bahan makanan di Inggris naik dengan percepatan tertinggi dalam 19 bulan pada Januari.
Sedangkan di AS, Pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke belum juga memberikan sinyal untuk menggelontorkan kembali dana stimulus senilai US$ 600 miliar untuk mendongkrak perekonomian. Padahal, dua pimpinan regional the Fed bilang kenaikan harga saat ini merupakan ancaman bagi perekonomian dunia.
"Inflasi global menjadi tema utama saat ini. Resiko inflasi meningkat tajam di emerging market. Kondisi serupa juga terjadi di AS," papar Barry Knapp, head of equity strategy Barclays Plc di New York.
Sekadar informasi, MSCI Emerging Markets Index turun 1,5% pada pukul 16.00 waktu New York. Sepanjang tahun ini, indeks MSCI Emerging Market sudah melorot 3,6%. Sebagai perbandingan, MSCI Developed Countries naik 4,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News