Reporter: Dityasa H Forddanta, Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) punya rencana mendirikan pabrik di Kazakhstan. Namun, rencana ini sepertinya bakal sulit terealisasi.
"Alasan mereka enggak jelas, karena itu BUMN juga jadi birokrasinya agak sulit, jadi kami suspen dulu pabriknya disana," ujar Uthan Sadikin, Direktur MASA, (16/6).
Mengingatkan saja, ekspansi anorganik MASA ini sudah terdengar sejak April 2012 lalu. Kala itu, MASA menandatangani kesepakatan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kazakhstan, Samruk Kazyna Invest (SKI).
Penandatanganan kesepakatan bahkan disaksikan pemerintah Indonesian dan Kazakhstan. Isi kesepakatan itu adalah, kedua belah pihak bakal bekerjasama membangun pabrik ban berkapasitas 3 juta unit di Kazakhstan.
Nilai investasi pembangunan pabrik tersebut diperkirakan mencapai US$ 300 juta. Dana investasi pembangunan pabrik lebih banyak ditutupi oleh SKI.
Sementara MASA akan lebih berkontribusi dalam penyediaan bahan baku dan teknologi pembuatan ban. Awalnya, kedua belah pihak berencana mulai membangun pabrik pada 2013 lalu dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2015 mendatang.
"Sebenarnya, rencana awal kami akan memasuki pasar Rusia melalui Kazakhstan sehingga mereka juga memperoleh manfaat dari kerjasama ini. Namun, sampai saat ini belum ada tindak lanjut, tapi intinya kami siap jika ada kerjasama dengan asing. Tapi, tahun ini kami fokus dulu ke dalam negeri," tutur Uthan.
Langkah ini ditunjukan MASA dengan beberapa ekspansi yang bakal dilakukan MASA di dalam negeri. Tahun ini, manajemen menyiapkan dana sekitar US$ 30 juta untuk peningkatan kapasitas terpasang pabriknya menjadi 20%. Hingga kuartal I, manajemen telah menyerap US$ 7,5 juta untuk pembelian sejumlah mesin.
Manajemen juga telah mengalokasikan US$ 5 juta untuk penanaman lahan karet yang dimilikinya. Perusahaan memiliki 127.000 hektar lahan karet yang dikelola oleh beberapa anak usahanya seperti PT Multistrada Agro International (MAI), PT Meranti Laksana (MLA), PT Meranti Lestari (MLI), PT Mitra Jaya Nusaindah (MJN), dan PT Sylvaduta (SDC).
Ke depan, MASA bakal memperbesar lahan tertanamnya. Namun, masuknya MASA kedalam industri hulu ini merupakan rencana jangka panjang. Sebab, tanaman karet tersebut baru bisa dipanen setidaknya lima tahun mendatang. Pasca periode tersebut, barulah karet MASA bisa dijual ke industri lain dan digunakan untuk kebutuhan bahan baku MASA.
Semua anggaran tersebut diambil dari alokasi belanja modal MASA tahun ini. "Langkah ini juga merupakan strategi kami untuk menangkap peluang pertumbuhan mobil murah," pungkas Peter Tanuri, Presiden Direktur MASA pada kesempatan yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News