Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, memang ada sedikit gonjang-ganjing dalam kondisi nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh dua hal.
“Pertama, dari eksternal, sejak Februari lalu ada isu The Fed bakal tapering off. Kedua, dari dalam negeri, akhir-akhir ini pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kenaikan kasus Covid-19,” ujar Perry, Senin (5/7).
Perry mengatakan, BI terus berkonsentrasi untuk menjaga pergerakan mata uang garuda lewat berbagai racikan.
BI melakukan triple intervention, yaitu intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder, termasuk koordinasi dengan Menteri Keuangan. Selama semester I-2021, pembelian SBN di pasar sekunder oleh BI tercatat sebesar Rp 8,62 triliun.
Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 14.477 per dolar AS pada Senin (5/7)
Selain melakukan intervensi, BI juga melakukan stabilisasi kenaikan imbal hasil SBN. Seperti contohnya, BI berhasil mengendalikan kenaikan yield SBN tenor 10 tahun yang pada waktu itu naik dari 6,16% menjadi 6,7%, dan kini sudah berhasil turun di kisaran 6,34% meski ada kenaikan sedikit lagi.
Ke depan, Perry yakin, BI masih mampu dalam menjaga ketahanan nilai tukar rupiah. Hal ini juga dengan adanya bantalan pertama berupa cadangan devisa yang masih tambun.
Per Mei 2021, BI mencatat cadangan devisa sebesar US$ 136,4 miliar. Jumlah ini setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut juga jauh di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Selanjutnya: Rupiah Jisdor menguat 0,56% ke Rp 14.482 per dolar AS pada Senin (5/7)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News