kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Kasus Covid-19 yang melonjak menekan rupiah


Selasa, 06 Juli 2021 / 04:45 WIB
Kasus Covid-19 yang melonjak menekan rupiah


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, memang ada sedikit gonjang-ganjing dalam kondisi nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh dua hal.

Pertama, dari eksternal, sejak Februari lalu ada isu The Fed bakal tapering off. Kedua, dari dalam negeri, akhir-akhir ini pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kenaikan kasus Covid-19,” ujar Perry, Senin (5/7).

Perry mengatakan, BI terus berkonsentrasi untuk menjaga pergerakan mata uang garuda lewat berbagai racikan.

BI melakukan triple intervention, yaitu intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder, termasuk koordinasi dengan Menteri Keuangan. Selama semester I-2021, pembelian SBN di pasar sekunder oleh BI tercatat sebesar Rp 8,62 triliun.

Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 14.477 per dolar AS pada Senin (5/7)

Selain melakukan intervensi, BI juga melakukan stabilisasi kenaikan imbal hasil SBN. Seperti contohnya, BI berhasil mengendalikan kenaikan yield SBN tenor 10 tahun yang pada waktu itu naik dari 6,16% menjadi 6,7%, dan kini sudah berhasil turun di kisaran 6,34% meski ada kenaikan sedikit lagi.

Ke depan, Perry yakin, BI masih mampu dalam menjaga ketahanan nilai tukar rupiah. Hal ini juga dengan adanya bantalan pertama berupa cadangan devisa yang masih tambun.

Per Mei 2021, BI mencatat cadangan devisa sebesar US$ 136,4 miliar. Jumlah ini setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah tersebut juga jauh di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.

Selanjutnya: Rupiah Jisdor menguat 0,56% ke Rp 14.482 per dolar AS pada Senin (5/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×