Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi kas para manajer investasi (MI) semakin tebal sepanjang 2022 ini. Kas pengelola dana mencapai 14% dari total nilai aktiva bersih (NAB) atau lebih tinggi dari rata-rata historisnya di level 9%.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Hadi Soegiarto dan Peter Sutedja menilai, kondisi tersebut merupakan bentuk kekhawatiran MI terhadap makroekonomi global serta antisipasi potensi penarikan dana investasi (redemption) investor sepanjang tahun ini.
"Kekhawatiran terhadap aksi redemption akan mereda, seiring kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang kian terbatas, di kuartal keempat 2022 atau kuartal pertama 2023," papar kedua analis dalam riset yang dipublikasikan Rabu (16/11).
Baca Juga: Manajer Investasi Pertebal Kas Sepanjang 2022, Bentuk Antisipasi Global & Redemption
Hal tersebut tergambar dari data NAB industri reksadana. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, NAB reksadana hingga Oktober 2022 berjumlah Rp 521,96 triliun.
Jika dibandingkan tahun lalu, dana kelolaan reksadana turun 10,3%. Adapun NAB industri reksadana akhir Desember 2021 mencapai Rp 580,14 triliun.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai posisi kas merupakan salah satu strategi masing-masing. Bisa karena antisipasi redemption atau untuk wait and see.
"Atau bahkan baru dapat subscribe dan belum sempat belanja, secara aturan umum memang boleh hingga 20% di reksadana pendapatan tetap atau reksadana saham," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (17/11).
Baca Juga: Lembaga Jasa Keuangan Sistemik
Memang kalau dilihat total asset under management (AUM) atau dana kelolaan industri reksadana mencapai Rp 521,96 triliun. Dana kelolaan turun 9,61% dibandingkan posisi Januari 2022 sebesar Rp 574,63 triliun.
Wawan menilai penurunan ini terbesar masih dari redemption asuransi jiwa untuk dipindah ke swakelola. Setelah gelombang redemption ini selesai baru industri reksadana dapat bangkit.
"Setelah itu industri reksadana dapat bangkit dari sisi dana kelolaan harapannya dengan semakin maraknya investor retail," ucap dia.
Baca Juga: Reksadana Campuran Panin Asset Melesat 51% Hingga Oktober 2022
Adapun mengacu riset CGS-CIMB, sebanyak 20% dana kelolaan industri reksadana kini mendekam di bursa saham. Perbaikan kondisi ekonomi dan turunnya tekanan tren kenaikan suku bunga, diharapkan akan mendorong MI kembali menggelontorkan dana kelolaannya ke bursa saham.
Jika dana kas yang kini berjumlah 14% itu kembali turun ke level 9%, maka akan ada injeksi sekitar 5% dari total dana industri reksadana yang akan membanjiri pasar. Ini merupakan dukungan yang cukup berarti bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News