Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Bernadus menjelaskan lebih rinci, produk biologi ini tentunya berbeda dengan produk chemical base. Produk biologi ini berasal dari sel hidup dan digunakan untuk mengembangkan level hemoglobin. Obat ini biasanya digunakan untuk pasien dialisis atau hemoferba yang biasanya ada kecenderungan hemoglobin yang turun.
Bernadus menjelaskan sebelumnya sudah ada obat Erythropoietin (EPO) yang digunakan untuk menjaga hemoglobin. Namun pasien harus disuntikkan satu sampai tiga kali dalam seminggu sedangkan obat biologi yang baru hanya perlu suntikan satu kali dalam dua minggu.
Melalui kerja sama transfer teknologi dan pengembangan produk, KLBF secara mandiri dapat memproduksi bahan bakunya di Indonesia. Bernadus menyatakan upaya ini dapat mengurangi impor bahan baku dan dapat mendukung Kemandirian Industri Farmasi dan Alat Kesehatan 2025.
Baca Juga: Emiten Farmasi Mendongkrak Ekspor
Sebelumnya Presiden Direktur KLBF Vidjongtius pernah menyatakan produk untuk EPO ini sudah dilakukan transfer teknologi untuk manufaktur dan riset kolaborasinya. “Saat ini KLBF juga bekerjasama dengan perusahaan luar negeri lainnya yakni dari China dan Spanyol,” imbuhnya.
Adapun menurut Vidjongtius investasi untuk transfer teknologi ini sudah sebesar Rp 250 miliar sampai Rp 500 miliar.
Sebelumnya Kontan pernah melaporkan obat biologi ini akan diproduksi melalui anak perusahaan, PT Kalbio Global Medika. Pabrik obat termasuk bahan baku obat biologi ini terletak di Delta Silikon 3, Cikarang.
Baca Juga: Penjualan ekspor farmasi moncer, begini strategi yang disiapkan sejumlah emiten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News