Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Bekerjasama dengan Genexine, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berharap harga produk vaksin Covid-19 kelak tak mahal, terjangkau oleh konsumen. Harapan Kalbe (KLBF) harganya tak akan sampai US$ 10 per dosis. Dengan kurs Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat (AS), vaksin Covid-19 di Rp 140.500 per dosis.
Presiden Direktur Kalbe Farma (KLBF) Vidjongtius, dalam webminar Samuel Sekuritas, Selasa (11/8) mengatakan, harga memang masih berubah, seiring besaran atau kapasitas produksi serta perhitungan lainnya yang kini masih dalam tahap pengembangan. “Target harga bervariasi. Kita berharap, tidak melewati US$ 10 per dosis,” ujar Vidjongtius.
Saat ini vaksin KLBF yang merupakan hasil kerjasama denga Genexine masih dalam tahap uji klinis fase satu. Targetnya, uji klinis pertama akan selesai September. Kemudian uji klinis fase dua akan memakan waktu selama enam bulan.
Bila proses uji klinis sukses, hasil fase dua diharapkan kelar pada kuartal I tahun 2020. Jika tahap ini berhasil, hasil dari uji klinis fase kedua bisa dimanfaatkan terbatas alias emergency. “Secara medis diperbolehkan, harus melewati masa safety dan quality. Jika semua sesuai rencana, pertengahan 2021 sebagian vaksin sudah bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujarnya.
Kalbe Farma (KLBF) kini terus melakukan komunikasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan untuk menyusun protokol uji klinis yang benar. Jika semua lancar, Kalbe (KLBF) memiliki kapasitas produksi untuk produk akhir sebesar 50 juta sampai 60 juta unit dosis.
Hanya saja, tantangan atas produksi vaksin adalah bahan baku yang mayoritas masih dari impor. Masalahnya, saat ini, bahan baku vaksin kini menjadi rebutan di seluruh dunia. “Seluruh dunia rebutan bahan bakunya,” kata dia.
Sejak pandemi Covid-19, kata Vidjongtius, supply chain menjadi hal pertama yang menjadi perhatian Kalbe Farma (KLBF). Pasalnya, bahan baku farmasi hampir 90% masih dari impor, sehingga untuk mengantisipasinya, Kalbe (KLBF) meningkatkan stok bahan baku. “Kami memilih lebih banyak inventory pada waktu itu. Tindakan kami ternyata benar karena tidak banyak isu mengenai stock out, termasuk untuk kebutuhan vitamin dan suplemen bisa di kontrol dengan baik,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News