Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski belum final, posisi Presiden Amerika Serikat ke-45 sudah kemungkinan besar diserahkan pada Donald Trump dari Partai Republik. Efeknya terasa secara global dan ikut menyeret nilai tukar rupiah.
Di pasar spot, Rabu (9/11) valuasi rupiah merosot 0,33% di level Rp 13.127 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia tadi pagi, rupiah masih menguat tipis 0,05% ke level Rp 13.084 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan hasil pemilu Presiden AS yang di luar ekspektasi, sesaat memberikan kejutan dan gejolak pada pasar secara global. Namun pelemahan USD yang signifikan, justru memberi celah bagi rupiah untuk menyesuaikan posisi setelah keterkejutan pasar mereda.
“Jelas pelemahan ini hanya karena faktor dari eksternal yang datang dari Amerika Serikat,” kata Reny. Nyaris semua katalis lain di pasar terabaikan akibat penuhnya perhatian pasar pada gejolak pemilu AS. Untuk jangka pendek menurut Reny faktor ini akan tetap memegang dominasi.
Selanjutnya yang akan jadi pertimbangan pasar adalah pidato-pidato dan kebijakan Trump ke depannya terutama di bidang ekonomi dan perdagangan. Ini pula yang mengarahkan Reny pada dugaan nilai tukar rupiah masih bisa melemah.
Walau memang kejatuhannya akan lebih terbatas. “Redanya kekhawatiran pasca euforia sesaat akan menampilkan wajah fundamental bahwa USD melemah, sementara di sisi lain fundamental kita kuat,” ujar Reny. Katalis domestik ini yang bisa jadi daya tahan bagi posisi rupiah ke depannya.
Apalagi ditambah dengan sajian data cadangan devisa Indonesia Oktober 2016 yang bertahan di level US$ 115,03 miliar. Walau turun tipis dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$ 115,7 miliar, namun menurut Reny ini masih dalam rentang positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News