Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Narita Indrastiti, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Gairah melanda bursa saham utama Amerika Serikat (AS). Indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) pada penutupan perdagangan Senin (11/3), mencapai level 14.447,29, rekor baru bagi indeks saham di Negeri Paman Sam.
Pada perdagangan Selasa (12/3) pukul 22.17 WIB, indeks DJIA juga sempat memperbarui rekor terbarunya di level 14.447,70. Tapi, satu jam kemudian, DJIA turun 0,16% ke posisi 14.424,89 karena aksi ambil untung (profit taking) para investor.
Ekonomi AS yang memperlihatkan gelagat membaik memicu bullish di pasar modal. Ambil contoh, tingkat pengangguran AS yang turun ke level terendah sejak tahun 2008, dari 7,9% menjadi 7,7%.
Felix Sindhunata, analis Henan Putihrai Asset Management memprediksikan, harga saham di bursa AS masih berpotensi rally dalam beberapa waktu ke depan. Investor terus memburu saham di AS yang masih murah.
Maklum, rasio harga saham terhadap laba bersih atau price earning ratio (PER) DJIA di angka 14,08 atau masih lebih rendah dibandingkan rekor tertinggi sebelum krisis tahun 2008. Alhasil, rekor-rekor baru indeks DJIA masih berpeluang tercipta. "Tapi, rawan terkoreksi dalam jangka pendek akibat aksi profit taking," kata Lucky Bayu Purnomo, Analis Remax Capital, kemarin (12/3).
Menurut Felix, laju kenaikan indeks DJIA tergantung pada efek pemotongan belanja AS terhadap aktivitas ekonomi negeri tersebut. Jika efek pemotongan belanja tidak sedahsyat perkiraan awal, indeks DJIA berpeluang menguat lagi. Ia memprediksikan, indeks DJIA bergerak di level 14.250-14.550.
Kegairahan di pasar saham AS, kiblat bursa saham dunia, bisa menularkan optimisme ke pasar saham regional, termasuk terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, data-data ekonomi AS yang menunjukkan pemulihan ekonomi AS serta kegairahan di bursa sahamnya, adalah sentimen positif bagi IHSG.
Namun, menurut pengamat pasar modal, Ellen May, pengaruh kegairahan di bursa saham AS tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG. Pasar saham Indonesia lebih banyak didorong oleh sentimen dari dalam negeri. "Investor melihat rekor baru DJIA sebagai sinyal perbaikan pasar," ujar Ellen.
Berdasarkan analisis teknikal, hitungan Ellen, titik atas (resistance) IHSG saat ini berada di level 5.000-5.100. Secara umum, timpal Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia, M Alfatih, tren IHSG masih bullish atau masih mampu bangkit lagi.
Tapi, Alfatih mengingatkan, batas bawah (support) kedua IHSG di posisi 4.717. Artinya, jika support ini tertembus, IHSG bisa anjlok lagi ke posisi 4.500-4.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News